PELANGI 4 HARI, WARNA-WARNI SELAMANYA
Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang dapat beraksi?
Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang hanya boleh memperoleh pengetahuan tentang kepemimpinan?
Anak dan remaja pun juga bisa!
Mmmm… butuh bukti?
Tepat pada kegiatan Forum Pemimpin Muda Nasional yang diadakan oleh WVI, lagi-lagi KREATif mengeluarkan jurus andalannya. Eits, jangan salah sangka, bukan jurus kucing garong atau ulat meliuk yang diandalkan, tetapi kemampuan dan pengalamanlah yang diutamakan. Didampingi oleh si vegetarian alias Kak Ayu, Adit, Tari, Val, Nitya dan Nita pun mengisi empat hari ke depan (7-10 Juli 2010) dengan memperkaya wawasan. Sebenarnya acara yang bertempat di Wisma Kinasih, Cimanggis ini sudah berlangsung dari tanggal 5. Namun sayang, kita baru bisa mengikuti alur acara dari tanggal 7 dikarenakan ada acara berkaitan creative writing workshop. Jadi begitu tiba di Jakarta, kita langsung beralih ke Cimanggis. Tak tanggung, tanpa istirahat terlebih dahulu. Maka terpaksa waktu tidur jam normal yang seharusnya berkisar 7-8 jam tercukur lantaran kita baru bisa beristirahat di Cimanggis sekitar pukul 01.30 WIB.
Pagi tiba. Mentari sudah letih bermain petak umpet. Sementara rembulan yang asam urat lantaran begadang semalaman pun menenangkan dirinya. Nah, di saat inilah, bersama 200-an anak dari seluruh Indonesia, KREATif memulai aksinya.
Pater Agato menjadi saksi kedatangan kita di hari pertama (setiap anak bebas menentukan tempat dari lima pilihan tempat yang telah disediakan). Tempat itu sendiri diambil dari nama seorang tokoh, yakni Pater Agato yang merupakan perintis pertanian organik. Tak sekadar pertanian organik, di sana kita juga dapat melihat kreasi-kreasi Tuhan manakala ia memadukan warna-warninya menjadi sebuah lanskap pemandangan yang indah. Bahkan tak hanya itu saja, uniknya, kita juga jadi tahu perihal nama-nama sayuran dan manfaatnya. Semisal sayuran mirip mentimun yang bernama sarkini dan tanaman poh-pohan yang bermanfaat guna menambah nafsu makan. Namun sayang, Nitya tereliminasi. Sebab begitu malam tiba, ia malah mengakhiri serangkaian acara dengan pulang ke rumahnya terlebih dahulu.
Tanggal berganti. Kita pun dijadwalkan bertemu dengan berbagai macam pengelola bangsa. Kak Ayu dan Adit mendapat tugas di Menkokesra, Nita serta Tari berkunjung ke KPPA dan aku sendiri ambil bagian di Mensos. Di sana kita pun mendapat berbagai pengetahuan sesuai dengan tugas dan bidang yang telah ditetapkan. Barulah begitu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kita membuat layang-layang yang berbentuk kupu-kupu.
Keesokkan harinya (9 Juli 2010) kita pergi Ancol. Disana diadakan sebuah festival layang-layang. Dengan warna-warni yang indah nan unik khas anak, masing-masing peserta pun menaikkan layangannya masing-masing. Adit dan Nita sendiri menggoreskan hak-hak anak dalam kreasi mereka. Sementara Kak Ayu, aku dan Tari melukiskan sebuah bola dunia dengan tulisan KREATif dan YKAI-UNICEF sebagai penghiasnya. Seusai festival kita beralih ke Dufan. Disana kita bermain sepuas-puasnya.
Hukum alam berlaku. Rotasi waktu selalu berputar dan kini tiba saatnya acara yang dinanti-nanti. Ya, tak salah lagi, apalagi kalau bukan teater anak. Bertempat di Gedung Usmar Ismail dan dibimbing oleh Jose Rizal Manua, semua peserta NYLF pun tampil dengan memukau. Mereka mencurahkan isi hati, mengekspresikan kegalauan hati terhadap pemimpin masa kini dan bahkan menggoreskan merah kuning hijaunya Indonesia dalam berbagai macam tarian. Di akhir acara para penonton pun bertepuk tangan, pertanda kagum akan talenta yang dimiliki oleh anak bangsa.
Tak terasa itulah hari terakhir sekaligus puncaknya acara NYLF 2010. Beragam pengalaman unik, mengesankan dan bahkan tak terlupakan terjadi disana. Baik suka maupun duka. Mulai dari tidak kebagian kamar, layangan yang sempat hilang dan bahkan curahan hati seorang gadis saat di Mensos. Memang, NYLF yang kita jalani cukup singkat, 4 hari saja. Bahkan rasanya, aku sendiri pun tak bisa menyebutkan satu per satu pengalaman tersebut dalam halaman yang terbatas ini. Namun justru dari empat hari itulah pelangi menampakkan dirinya dengan catatan, warna-warni yang digoreskan untuk selamanya.*^o^ (Valniadi)
Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang dapat beraksi?
Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang hanya boleh memperoleh pengetahuan tentang kepemimpinan?
Anak dan remaja pun juga bisa!
Mmmm… butuh bukti?
Tepat pada kegiatan Forum Pemimpin Muda Nasional yang diadakan oleh WVI, lagi-lagi KREATif mengeluarkan jurus andalannya. Eits, jangan salah sangka, bukan jurus kucing garong atau ulat meliuk yang diandalkan, tetapi kemampuan dan pengalamanlah yang diutamakan. Didampingi oleh si vegetarian alias Kak Ayu, Adit, Tari, Val, Nitya dan Nita pun mengisi empat hari ke depan (7-10 Juli 2010) dengan memperkaya wawasan. Sebenarnya acara yang bertempat di Wisma Kinasih, Cimanggis ini sudah berlangsung dari tanggal 5. Namun sayang, kita baru bisa mengikuti alur acara dari tanggal 7 dikarenakan ada acara berkaitan creative writing workshop. Jadi begitu tiba di Jakarta, kita langsung beralih ke Cimanggis. Tak tanggung, tanpa istirahat terlebih dahulu. Maka terpaksa waktu tidur jam normal yang seharusnya berkisar 7-8 jam tercukur lantaran kita baru bisa beristirahat di Cimanggis sekitar pukul 01.30 WIB.
Pagi tiba. Mentari sudah letih bermain petak umpet. Sementara rembulan yang asam urat lantaran begadang semalaman pun menenangkan dirinya. Nah, di saat inilah, bersama 200-an anak dari seluruh Indonesia, KREATif memulai aksinya.
Pater Agato menjadi saksi kedatangan kita di hari pertama (setiap anak bebas menentukan tempat dari lima pilihan tempat yang telah disediakan). Tempat itu sendiri diambil dari nama seorang tokoh, yakni Pater Agato yang merupakan perintis pertanian organik. Tak sekadar pertanian organik, di sana kita juga dapat melihat kreasi-kreasi Tuhan manakala ia memadukan warna-warninya menjadi sebuah lanskap pemandangan yang indah. Bahkan tak hanya itu saja, uniknya, kita juga jadi tahu perihal nama-nama sayuran dan manfaatnya. Semisal sayuran mirip mentimun yang bernama sarkini dan tanaman poh-pohan yang bermanfaat guna menambah nafsu makan. Namun sayang, Nitya tereliminasi. Sebab begitu malam tiba, ia malah mengakhiri serangkaian acara dengan pulang ke rumahnya terlebih dahulu.
Tanggal berganti. Kita pun dijadwalkan bertemu dengan berbagai macam pengelola bangsa. Kak Ayu dan Adit mendapat tugas di Menkokesra, Nita serta Tari berkunjung ke KPPA dan aku sendiri ambil bagian di Mensos. Di sana kita pun mendapat berbagai pengetahuan sesuai dengan tugas dan bidang yang telah ditetapkan. Barulah begitu waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kita membuat layang-layang yang berbentuk kupu-kupu.
Keesokkan harinya (9 Juli 2010) kita pergi Ancol. Disana diadakan sebuah festival layang-layang. Dengan warna-warni yang indah nan unik khas anak, masing-masing peserta pun menaikkan layangannya masing-masing. Adit dan Nita sendiri menggoreskan hak-hak anak dalam kreasi mereka. Sementara Kak Ayu, aku dan Tari melukiskan sebuah bola dunia dengan tulisan KREATif dan YKAI-UNICEF sebagai penghiasnya. Seusai festival kita beralih ke Dufan. Disana kita bermain sepuas-puasnya.
Hukum alam berlaku. Rotasi waktu selalu berputar dan kini tiba saatnya acara yang dinanti-nanti. Ya, tak salah lagi, apalagi kalau bukan teater anak. Bertempat di Gedung Usmar Ismail dan dibimbing oleh Jose Rizal Manua, semua peserta NYLF pun tampil dengan memukau. Mereka mencurahkan isi hati, mengekspresikan kegalauan hati terhadap pemimpin masa kini dan bahkan menggoreskan merah kuning hijaunya Indonesia dalam berbagai macam tarian. Di akhir acara para penonton pun bertepuk tangan, pertanda kagum akan talenta yang dimiliki oleh anak bangsa.
Tak terasa itulah hari terakhir sekaligus puncaknya acara NYLF 2010. Beragam pengalaman unik, mengesankan dan bahkan tak terlupakan terjadi disana. Baik suka maupun duka. Mulai dari tidak kebagian kamar, layangan yang sempat hilang dan bahkan curahan hati seorang gadis saat di Mensos. Memang, NYLF yang kita jalani cukup singkat, 4 hari saja. Bahkan rasanya, aku sendiri pun tak bisa menyebutkan satu per satu pengalaman tersebut dalam halaman yang terbatas ini. Namun justru dari empat hari itulah pelangi menampakkan dirinya dengan catatan, warna-warni yang digoreskan untuk selamanya.*^o^ (Valniadi)
Comments
Post a Comment