Ketika Century Jadi Misteri
Karya : Valniadi
Ketika century jadi misteri…
Pihak terkait naik ferarri
Membuat masalah jadi siri
Nasabah pun bak biri-biri
Bingung, lalu berlari-lari
Bertanya-tanya kesana kemari
Dimanakah uang kami, century?
Ketika century memotong tali…
Pihak terkait mendadak tuli
Hingga akhirnya tak peduli
Lalu pergi dengan naik heli
Tapi nasabah tercebur kali
Bingung berkali-kali
Hingga berkata, uang kami harus kembali!
Ketika century berbadan bohai…
Pihak terkait jadi lemah gemulai
Sementara nasabah bak makan cabai,
Yang tersiram sekuah gulai
Namun pedas tak pakai selai
Hingga terkesan jadi lalai
Sudahlah, tak usah ditutupi lagi
Apakah mau menjadi ragi?
Kejujuran harus dibagi
Jika tidak, siaplah merugi
Sudahlah, tak usah berbohong
Apakah mau hatimu bolong?
Sudah tahu dirimu ompong
Maka jujur harus disokong
Sudahlah, tak usah mengumpat
Apakah mau gigi tinggal empat?
Kami tahu kau tutup rapat-rapat
Maka janganlah jago bersilat
Century, kemanakah 6,7 Triliun?
Sadarlah, kalian sudah jadi culun!
Yang bersembunyi di balik alun-alun…
Hanya untuk membeli su’un
Dan membeli rumah-rumah susun
Namun masih tetap diayun-ayun
Entahlah, siapa yang melepaskan busur
Yang terlalu sering memakan bubur
Hingga membuat perut jadi subur
Dan jadikan kalian sang tuan takur
Oh, sang pelaku, kami bersyukur
Jika kalian tidak main ubur-ubur
Bukan maksud untuk menggusur
Tapi hanya ingin kalian jujur
Daripada kalian gugur dan hancur lebur
Ketika masuk ke alam kubur*
Jakarta, Jumat, 1 Januari 2010 pukul 20.35 - 21.03 WIB
*puisi ini buat para koruptor di Indonesia. Mau kelas kakap, mau kelas teri, pokoknya buat para koruptor yang udah nyusahin rakyat Indonesia. Dan tentunya untuk segenap rakyat Indonesia. _dari seorang tunas Indonesia_
Karya : Valniadi
Ketika century jadi misteri…
Pihak terkait naik ferarri
Membuat masalah jadi siri
Nasabah pun bak biri-biri
Bingung, lalu berlari-lari
Bertanya-tanya kesana kemari
Dimanakah uang kami, century?
Ketika century memotong tali…
Pihak terkait mendadak tuli
Hingga akhirnya tak peduli
Lalu pergi dengan naik heli
Tapi nasabah tercebur kali
Bingung berkali-kali
Hingga berkata, uang kami harus kembali!
Ketika century berbadan bohai…
Pihak terkait jadi lemah gemulai
Sementara nasabah bak makan cabai,
Yang tersiram sekuah gulai
Namun pedas tak pakai selai
Hingga terkesan jadi lalai
Sudahlah, tak usah ditutupi lagi
Apakah mau menjadi ragi?
Kejujuran harus dibagi
Jika tidak, siaplah merugi
Sudahlah, tak usah berbohong
Apakah mau hatimu bolong?
Sudah tahu dirimu ompong
Maka jujur harus disokong
Sudahlah, tak usah mengumpat
Apakah mau gigi tinggal empat?
Kami tahu kau tutup rapat-rapat
Maka janganlah jago bersilat
Century, kemanakah 6,7 Triliun?
Sadarlah, kalian sudah jadi culun!
Yang bersembunyi di balik alun-alun…
Hanya untuk membeli su’un
Dan membeli rumah-rumah susun
Namun masih tetap diayun-ayun
Entahlah, siapa yang melepaskan busur
Yang terlalu sering memakan bubur
Hingga membuat perut jadi subur
Dan jadikan kalian sang tuan takur
Oh, sang pelaku, kami bersyukur
Jika kalian tidak main ubur-ubur
Bukan maksud untuk menggusur
Tapi hanya ingin kalian jujur
Daripada kalian gugur dan hancur lebur
Ketika masuk ke alam kubur*
Jakarta, Jumat, 1 Januari 2010 pukul 20.35 - 21.03 WIB
*puisi ini buat para koruptor di Indonesia. Mau kelas kakap, mau kelas teri, pokoknya buat para koruptor yang udah nyusahin rakyat Indonesia. Dan tentunya untuk segenap rakyat Indonesia. _dari seorang tunas Indonesia_
Comments
Post a Comment