VALENTINE BUKAN AJANG CACI MAKI TETAPI
PILIHAN
sumber gambar : islamgreatreligion.wordpress.com
Apa yang terlintas di benakmu begitu
mendengar tanggal 14 Februari?
Bagi bunga? Bagi cokelat? Hari kasih sayang?
Ya, 100 untuk kamu!
14 Februari identik dengan hari kasih sayang,
hari dimana orang-orang berbagi kasih dengan sesama. Cinta itu universal. Jadi
hari valentine tidak hanya ditujukan kepada pacar, tetapi juga kepada orangtua,
keluarga bahkan sahabat.
Di Negara-negara Barat mungkin perayaan
Valentine tidak menjadi perdebatan. Namun beda halnya di Indonesia. Dari waktu
ke waktu valentine selalu saja menjadi pro kontra. Sebagian ‘say no to
valentine’ sementara sebagian lagi merasa tidak masalah jika
merayakannya.
Sebagian besar kaum muslim adalah salah satu
yang ada di depan dalam kategori ‘kontra’. Alasannya selain karena
valentine bukan budaya Indonesia dan bukan budaya Islam, larangan untuk
merayakan valentine juga berdasarkan sebuah ayat yang menjelaskan bahwa barangsiapa
yang mengikuti suatu kaum maka ia termasuk dari kaum tersebut.
Artinya, jika kita merayakan valentine
sekalipun dengan cara yang positif, otomatis kita juga dikategorikan dalam kaum
tersebut. Kenyataannya tidak sedikit orang muslim yang merayakannya. Tapi
apakah hanya valentine yang ‘bukan merupakan bagian dari kaum kita yang turut
kita rayakan?
TAHLILAN BERAWAL DARI BUDAYA HINDU
Jauh sebelum valentine berkembang di
Indonesia, kita mengenal terlebih dahulu sebuah ritual keagamaan di dalam
masyarakat muslim. Ritual keagamaan itu adalah tahlilan, yakni menyelenggarakan
selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca
adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya.
Namun tahukah kamu bahwa selamatan kematian/kenduri
kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari
ke 7, 40, 100, dan 1000 hari, bukan berasal dari Al Quran,
Hadits (sunah rasul) dan juga Ijma Sahabat melainkan dari agama hindu?
Disebutkan bahwa kepercayaan yang ada pada
sebagian ummat Islam, orang yang meninggal jika tidak diadakan selamatan
(kenduri: 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari dst, /red ) maka rohnya akan
gentayangan adalah jelas-jelas berasal dari ajaran agama Hindu. Dalam agama
Hindu ada ajaran agama (kalau dalam Islam mungkin rukun islam) yang dikenal
dengan Panca Sradha
(Lima Keyakinan). Lima keyakinan itu meliputi percaya kepada Sang Hyang Widhi, Roh
leluhur, Karma Pala,
Samskara, dan Moksa.
Dalam keyakinan Hindu roh leluhur (orang mati) harus dihormati karena bisa
menjadi dewa terdekat dari manusia [Kitab Weda Smerti Hal. 99 No. 192]. Selain itu
dikenal juga dalam Hindu adanya Samskara
(menitis/reinkarnasi).
Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99,
192, 193 yang berbunyi : "Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari
pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu.
Dalam buku media Hindu yang berjudul : "Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa,
serpihan yang tertinggal" karya : Ida Bedande Adi Suripto,
ia mengatakan : "Upacara
selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100,
dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu".
Seperti kita ketahui bahwa sebelum Islam
masuk di Indonesia, agama Hindu dan Budha sudah lebih dahulu dianut oleh nenek
moyang kita. Lalu demi berkembangnya agama Islam di Indonesia, para wali songo
pun turut berperan dalam menyebarkannya, terutama di Pulau Jawa. Dalam
penyebarannya mereka memiliki beberapa metode. Salah satunya adalah dengan cara
mengakulturasikan agama Islam dengan budaya yang ada. Nah, salah satu
peninggalan 'peran' wali songo adalah dengan adanya budaya ritual tahlilan hari
ke 1, 7, 40, 100 dan 1000 yang biasa kita lakukan yang dikembangkan dari budaya
Hindu.
Bedanya, jika dalam budaya Hindu diawali
dengan mantera-mantera maka dalam Islam diganti dengan diawali dengan basmallah
dan berakhir dengan (ucapan) la ilaha illa Allah. Tak hanya itu saja, ucapan
sesajen diganti dengan istilah Arab sedekah atau selamatan dan sesaji yang
melengkapinya disebut berkat (dari kata barakah).
VALENTINE BUKAN AJANG CACI MAKI TETAPI
PILIHAN
Jika kita melarang valentine lantaran
berdasarkan ayat Alquran, seharusnya kita menelaah lebih dalam lagi tentang
perayaan tahlilan hari ke 1, 7, 40, 100 dan 1000 hari. Bukankah kita
‘mengikuti’ budaya Hindu hanya saja kita menyesuaikannya dengan agama Islam?
Namun pada kenyataannya mengapa umat Islam malah merayakannya?
Alangkah naifnya kita jika kita menelan
mentah-mentah arti dari suatu ayat-ayat suci Al-quran. Tentu pasti ada
penafsiran lebih dalam lagi mengenai apa yang dimaksud oleh Yang Menurunkannya.
Sayangnya, berkembangnya Valentine di Indonesia bukannya diambil dari sisi
positifnya, tetapi malah dijadikan oleh sebagian orang sebagai ajang caci maki
antar agama. Ingat, bagaimana pun juga kita Negara bhinneka Tunggal Ika.
Bukankah kita sama-sama orang Indonesia? Lagipula saling mencaci apa untungnya?
Kalaupun valentine dilarang karena
dikhawatirkan terjadi kegiatan maksiat, saya rasa itu bukan dari sisi
valentinenya, melainkan dari pilihan orang yang merayakannya. Apakah valentine
dipilih sebagai momen untuk melakukan hal-hal yang kurang pantas atau justru
menebar kebaikan? Memang kasih sayang itu selayaknya dilakukan setiap
hari, bukan hanya dalam sehari saja. Namun mengambil sisi positifnya, apa
salahnya? Sama saja dengan hari Ibu. Bukan berarti dengan adanya hari Ibu hanya
pada 22 Desember saja kita berlaku baik terhadap ibu. Tapi mengambil sisi
positifnya, tidak salah bukan?
Terlepas dari sejarah Valentine itu sendiri,
bagi saya merayakan atau tidak merayakan valentine adalah pilihan. Tergantung
bagaimana orang itu merayakannya. Valentine seharusnya dijadikan ajang untuk
“MELEBURKAN” nilai-nilai universal islam. Sama seperti budaya tahlilan hari ke
1, 7, 40, 100 dan 1000 yang telah melebur dari ‘budaya Hindu’ ke budaya ‘Islam’
demi mengembangkan islam di Indonesia. Namun ketimbang valentine dijadikan
sebagai ajang ‘pergaulan bebas’, bukankah lebih baik jika dilakukan sebagai momen
untuk menebar nilai-nilai kebaikan universal?*(NK)
NB : No offense, no racism :D
Nice, kadang manusia hanya bisa memberi pernyataan tanpa alasan yang jelas. ya ga sih? haha :D
ReplyDeleteNah, bener banget tuh! (Y)
Delete