8 November 2012 . Tidak terasa hari
yang saya nanti-nantikan dan saya tidak nanti-nantikan datang juga.
Saya nantikan karena saya ingin tahu
apakah Tuhan masih memberikan saya panjang umur atau tidak. Dan ternyata, Tuhan
masih berbaik hati kepada saya. Sebab hingga detik ini Ia masih memberikan
nafas kepada saya, di usia saya yang baru.
Di sisi lain saya tidak
menanti-nantikannya. Sebab semakin bertambahnya usia semakin bertambah pula
tanggung jawab. Itu juga menandakan berkurang pula usia saya. Alasan lainnya,
saya juga masih belum ‘rela’ jika saya dipanggil ‘mas’ atau ‘abang’. Sebab
semakin saya bertambah usia, semakin banyak pula orang-orang yang lebih muda
daripada saya. -_________-
Oh ya, dalam keluarga saya tidak ada
tradisi mengucapkan ulang tahun jika ada anggota keluarga yang berulang tahun. Maklum
saya berasal dari keluarga sederhana. Jadi mau ulang tahun atau tidak ya sama
saja seperti hari biasa. Sekalinya saya diucapkan ulang tahun oleh seluruh
anggota keluarga saya adalah saat saya masih berumur 6 tahun. Itupun
satu-satunya perayaan ulang tahun saya yang pernah dirayakan oleh keluarga saya
dan teman-teman saya. Alhasil, hanya pada saat itulah saya mendapatkan banyak
kado. Hehe B-)
Kendati terkadang saya tidak suka di
saat saya bertambah usia, saya selalu merasa senang setiap ada orang yang ingat
dengan ulang tahun saya, apalagi jika itu adalah orang-orang terdekat dalam
hidup saya. Sejujurnya saya tidak pernah mengharapkan hadiah berupa materi.
Tapi ucapan, doa dan perhatian yang mereka berikan kepada saya sudah lebih dari
cukup.
Nah, dari sekian ulang tahun yang saya
alami, ulang tahun saya yang ke-19 ini cukup berkesan. Saya tidak pernah
mengalami hal semacam ini sebelumnya. Betapa tidak, hampir seluruh anak kelas
Sasing 1-C di kampus saya mengucapkan selamat ulang tahun kepada saya (dan juga
Ihsan). Bahkan sampai-sampai dosen juga turut mengucapkan. Mereka memang tidak
memberikan apa-apa kepada saya kecuali hanya berupa ucapan doa. Namun saya
senang sebab itu berarti mereka ‘perhatian’ dengan saya.
Pengalaman seperti ini tidak pernah saya
dapatkan ketika saya masih SMP ataupun SMA. Bukan berarti waktu SMP atau SMA
tidak ada yang mengucapkan. Yang mengucapkan ada, tapi entah mengapa saya merasa tidak lebih ‘berkesan’
daripada sekarang.
Faktanya, saya tidak pernah meminta
mereka untuk melakukan hal seperti itu kepada saya dan saya pun justru berharap
bahwa orang-orang lupa atau tidak ‘ngeh’ tentang hari lahir saya (saya kurang
suka dilebih-lebihkan soalnya). Namun yang terjadi adalah… tiba-tiba ketika
saya sedang duduk sembari mendengarkan musik, Faiz datang dan mengucapkan selamat
ulang tahun kepada saya. Sontak hal ini menyebar ke semua anak-anak sekelas dan
semuanya mengetahui bahwa pada hari itu (Kamis, 8 November 2012) saya berulang
tahun.
Bicara soal usia, menurut saya tidak
ada usia yang tidak ada ‘ceritanya’. Bagi saya, setiap usia itu istimewa. Pasti
punya ceritanya masing-masing. Begitu juga dengan saya. Sedih, senang, lucu, haru, tak terlupakan mewarnai hari-hari saya selama 19 tahun. Juga dengan persahabatan, persaudaraan, percintaan selalu mengisi hari-hari saya selama 19 tahun lamanya. Nah, dari ke-19 kalinya saya membuat cerita, saya merasa usia ke-16 adalah usia dimana saya merasa benar-benar 'hidup' dan lebih merasakan dinamika kehidupan ketimbang sebelumnya.
Surprising 15th
15 menjadi batu loncatan saya dalam
meraih mimpi. Saya kembali menemukan passion saya dan lebih produktif dalam
menulis di akhir usia ke-15 dan usia ke-16.
Saking produktifnya, saya hingga rajin
sekali mengikuti berbagai lomba menulis tingkat nasional. Alhamdulillah itu
berbuah hasil. Betapa tidak, di akhir usia saya yang ke-15, untuk pertama
kalinya saya mendapatkan penghargaan di bidang menulis tingkat nasional.
Di usia ke-15 saya terpilih sebagai
juara favorit LMCR Lip Ice-Selsun Golden Award 2009 (kategori SMA) dengan judul
karya “Penyakit Itu Bernama Putus Asa”. Lomba ini diselenggarakan oleh
Rayakultura bekerja sama dengan PT Rohto. Mengetahui hal ini saya senang bukan
main. Selain karena untuk pertama kalinya (dan itu tingkat nasional) dan nama
saya terpampang di website rohto, kemenangan ini juga menandakan bahwa ‘saya
bisa melakukannya’ dan ‘saya bisa membuktikannya’.
Unforgettable 16th
Sebagai imbalan atas kemenangan saya, saya
berhak mengikuti anugerah penyerahan piagam kepada para pemenang pada 25 November
2009 di Taman Ismail Marzuki yang akan diserahkan langsung oleh Ibu Naning
Pranoto. Ibu Naning Pranoto adalah penulis senior yang sudah melanglang buana ke
berbagai penjuru dunia. Karyanya juga sudah tersebar dimana-mana. Sejak saat
itu saya jadi lebih bersemangat dalam menulis.
Meski penyerahan piagam dilakukan saat
saya berusia 16 tahun, tapi keberhasilan tersebut saya raih saat saya masih
berusia 15 tahun. Jadi dapat saya katakan bahwa usia 15 adalah ‘langkah awal’
kesuksesan saya.
Kendati demikian bukan berarti di usia
saya yang ke-16 saya tidak punya cerita. Justru usia 16 adalah sambungan dari ‘cerita’
di usia ke-15. Masih di bulan November 2009, beberapa hari setelah saya
menyandang status sebagai remaja berusia 16 tahun, tanpa disangka saya
mendapatkan prestasi yang lebih bergengsi. Tanpa saya duga, ternyata saya
terpilih sebagai 20 best Indonesian young writers for YKAI, KPPPA dan UNICEF
Award 2009 dengan judul karya “Pemerintah Bak Kisah Nelayan yang Membuang
Mutiara”. Saya terpilih sebagai 10 besar penulis muda kategori SMA setelah
mengalahkan 1100-an karya yang masuk (10 besar lainnya kategori SMP).
Sebenarnya essay yang saya ikutkan
dalam lomba essay tersebut saya tulis saat saya masih berusia 15 tahun. Namun
pengumuman pemenangnya diumumkan saat saya sudah berusia 16 tahun. Nah, supaya
tidak bingung, saya menganggapnya prestasi tersebut saya raih saat saya berusia
16 tahun.
Mulanya saya mengira hanya the best
writer alias penulis di ranking 1 (saya ranking 9 dari 10 besar di kategori
SMA) saja yang mendapatkan hadiah uang tunai dan piagam. Namun ternyata saya
salah duga. 9 Januari 2010 saya mendapatkan kiriman via pos mengatasnamakan YKAI.
Setelah saya buka ternyata isinya adalah piagam yang ditandangani oleh Ibu
Linda Gumelar dan Miss Angela Kearney, perwakilan UNICEF di Indonesia dan ada
nama saya + sekolah saya di sana. Lebih dari itu, sejumlah uang juga dikirimkan
sebagai bentuk apresiasi. Seketika saya senang bukan main.
Tidak sampai di sini saja, semua
penulis muda yang terpilih pada tahun 2009 dan 2010 juga berhak mengikuti
Creative Writing Workshop 2010 pada 1-5 Juli 2010 di Yogyakarta. Fantastisnya, 100%
biaya ditanggung oleh pihak panitia! Semua pemenang juga menerima uang tambahan
(tidak usah disebutkan), merchandise dari sponsor dan buku antologi yang
merupakan kumpulan naskah dari para pemenang lomba! Usia 16 adalah usia pertama dimana karya saya dibukukan (kendati bukan untuk dikomersilkan).
Penasaran seperti apa bukunya? Nih gambarnya!
Penasaran seperti apa bukunya? Nih gambarnya!
Noraknya, itu kali pertama saya
menginap di hotel mewah! Tapi bukan itu yang terpenting. Yang terpenting, di
sana saya mendapatkan banyak wawasan dan teman dari berbagai daerah. Jika usia 15
adalah usia dimana saya ‘bangun dari tidur’, usia 16 justru merupakan usia
dimana saya mengenal dunia lebih luas. Nah, itulah awal mulanya saya tergabung
dengan KREATif.
Lebih jelas tentang KREATif buka di sini ya ===> www.anakkreatif.org & www.bacatulisrenung.blogspot.com
Masih di bulan Juli 2010, sehari setelah CWW 2010 usai, saya ditawarkan untuk mengikuti National Young Leader Forum 2010 (FPMN) yang berlangsung pada 5-10 Juli 2010 (kami datang pada tanggal 7) di Wisma Kinasih, Depok. Acara ini diikuti oleh lebih dari 200 anak dari berbagai penjuru Indonesia. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya pun 'mengiyakan'. Alhasil, satu pengalaman tak terlupakan bertambah lagi di usia ke-16.
Tidak hanya itu saja, di usia 16 saya juga berhasil mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi saya. Untuk kedua kalinya saya memenangkan LMCR Lip Ice-Selsun Golden Award 2010 sebagai juara harapan (kategori SMA). Atas hal itu saya berhak menghadiri acara penganugerahan kepada para pemenang lomba di SMA Global Jaya, Cibubur pada 30 Oktober 2010 untuk menerima piagam beserta hadiah dari sponsor.
Usia 17 adalah usia yang 'memorable' bagi saya. Tidak hanya karena usia ini merupakan masa-masa terakhir di bangku sekolah, tetapi juga karena banyak pengalaman 'baru' dan 'pertama' yang saya dapati di usia ke-17.
Di ulang tahun ke-17 saya menerima kado dari sahabat saya, Gemblong yang dikirim langsung dari Manokwari, Papua Barat. Kadonya berupa gambar vas yang di dalamnya ada sekuntum bunga. Gambarnya bagus! Tidak hanya lukisan, ia juga menyertakan surat ucapan selamat ulang tahun dalam amplopnya. Meski berupa gambar, saya senang sekali. Hingga saat ini gambar tersebut masih saya simpan dengan baik.
Lalu semenjak saya bergabung dengan KREATif, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan diskusi yang ditujukan bagi anak-anak SMP/SMA tingkat Jakarta dan sekitarnya. Alhasil, saya pun jadi memiliki banyak teman dari berbagai sekolah di Jakarta.
Bahkan menjelang ultah KREATif yang ke-3, saya juga berkesempatan untuk menjadi panitia workshop SMS alias sharing menulis sebaya yang menghadirkan Raditya Dika dan Nilam Zubir (penulis cilik) sebagai narasumbernya. Saat itu saya bertugas yang menghubungi Nilam Zubir untuk konfirmasi kedatangan dan notulen saat hari H.
Untuk urusan menulis, di usia ke-17 saya berhasil meraih beberapa prestasi baik tingkat sekolah maupun provinsi. Saya berhasil meraih juara 1 lomba essay dan lomba puisi yang diadakan oleh sekolah dalam rangka menyambut bulan bahasa 2010. Sebagai bentuk apresiasi saya mendapatkan hadiah berupa kamus oxford dan buku bacaan. Itu tuh yang sering saya bawa ke kampus :3 Itu adalah hadiah waktu bulan bahasa. Dilanjutkan di awal 2011, saya juga berhasil meraih juara 3 dalam LKTI (Lomba Karya Tulis) tingkat SMA se-Jakarta yang diadakan oleh Universitas Mercu Buana.
Selain itu di usia saya yang ke-17, 'keberanian' dan 'kepercayaan diri' saya diuji. Di akhir tahun 2010, saya dipercaya untuk menjadi ketua KREATif periode 2011/2012. Awalnya saya ragu karena saya tidak pernah menjadi ketua sebelumnya dan saya juga bingung mengapa mereka memilih saya padahal saya berpikir bahwa saya belum berbakat. Terlebih saya juga ingin fokus UN. Namun karena mereka mempercayakan saya, saya pun mencoba untuk menerimanya. Alhamdulillah, di usia ke-17 KREATif berhasil mengadakan sebuah gebrakan bernama ONE MAN ONE BREAD sebanyak 6 kali di 5 kota besar di Indonesia (lebih jelas buka website/blog KREATif) di pertengahan 2011.
Sementara pada pertengahan 2011, saya didapuk sebagi ketua divisi publikasi Forum Anak DKI Jakarta periode 2011/2013 dan dipilih untuk mewakili provinsi DKI Jakarta dalam Kongres Anak Indonesia X di Bandung pada Juli 2011.
What the memorable 17th!
Precious 18th
Lebih jelas tentang KREATif buka di sini ya ===> www.anakkreatif.org & www.bacatulisrenung.blogspot.com
Masih di bulan Juli 2010, sehari setelah CWW 2010 usai, saya ditawarkan untuk mengikuti National Young Leader Forum 2010 (FPMN) yang berlangsung pada 5-10 Juli 2010 (kami datang pada tanggal 7) di Wisma Kinasih, Depok. Acara ini diikuti oleh lebih dari 200 anak dari berbagai penjuru Indonesia. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, saya pun 'mengiyakan'. Alhasil, satu pengalaman tak terlupakan bertambah lagi di usia ke-16.
Tidak hanya itu saja, di usia 16 saya juga berhasil mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi saya. Untuk kedua kalinya saya memenangkan LMCR Lip Ice-Selsun Golden Award 2010 sebagai juara harapan (kategori SMA). Atas hal itu saya berhak menghadiri acara penganugerahan kepada para pemenang lomba di SMA Global Jaya, Cibubur pada 30 Oktober 2010 untuk menerima piagam beserta hadiah dari sponsor.
Memorable 17th
Di ulang tahun ke-17 saya menerima kado dari sahabat saya, Gemblong yang dikirim langsung dari Manokwari, Papua Barat. Kadonya berupa gambar vas yang di dalamnya ada sekuntum bunga. Gambarnya bagus! Tidak hanya lukisan, ia juga menyertakan surat ucapan selamat ulang tahun dalam amplopnya. Meski berupa gambar, saya senang sekali. Hingga saat ini gambar tersebut masih saya simpan dengan baik.
Lalu semenjak saya bergabung dengan KREATif, saya diberikan kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan diskusi yang ditujukan bagi anak-anak SMP/SMA tingkat Jakarta dan sekitarnya. Alhasil, saya pun jadi memiliki banyak teman dari berbagai sekolah di Jakarta.
Bahkan menjelang ultah KREATif yang ke-3, saya juga berkesempatan untuk menjadi panitia workshop SMS alias sharing menulis sebaya yang menghadirkan Raditya Dika dan Nilam Zubir (penulis cilik) sebagai narasumbernya. Saat itu saya bertugas yang menghubungi Nilam Zubir untuk konfirmasi kedatangan dan notulen saat hari H.
Untuk urusan menulis, di usia ke-17 saya berhasil meraih beberapa prestasi baik tingkat sekolah maupun provinsi. Saya berhasil meraih juara 1 lomba essay dan lomba puisi yang diadakan oleh sekolah dalam rangka menyambut bulan bahasa 2010. Sebagai bentuk apresiasi saya mendapatkan hadiah berupa kamus oxford dan buku bacaan. Itu tuh yang sering saya bawa ke kampus :3 Itu adalah hadiah waktu bulan bahasa. Dilanjutkan di awal 2011, saya juga berhasil meraih juara 3 dalam LKTI (Lomba Karya Tulis) tingkat SMA se-Jakarta yang diadakan oleh Universitas Mercu Buana.
Selain itu di usia saya yang ke-17, 'keberanian' dan 'kepercayaan diri' saya diuji. Di akhir tahun 2010, saya dipercaya untuk menjadi ketua KREATif periode 2011/2012. Awalnya saya ragu karena saya tidak pernah menjadi ketua sebelumnya dan saya juga bingung mengapa mereka memilih saya padahal saya berpikir bahwa saya belum berbakat. Terlebih saya juga ingin fokus UN. Namun karena mereka mempercayakan saya, saya pun mencoba untuk menerimanya. Alhamdulillah, di usia ke-17 KREATif berhasil mengadakan sebuah gebrakan bernama ONE MAN ONE BREAD sebanyak 6 kali di 5 kota besar di Indonesia (lebih jelas buka website/blog KREATif) di pertengahan 2011.
Sementara pada pertengahan 2011, saya didapuk sebagi ketua divisi publikasi Forum Anak DKI Jakarta periode 2011/2013 dan dipilih untuk mewakili provinsi DKI Jakarta dalam Kongres Anak Indonesia X di Bandung pada Juli 2011.
What the memorable 17th!
Precious 18th
Menurut UUD di
Indonesia, anak adalah individu yang belum berusia 18 tahun termasuk ketika
masih dalam kandungan. Artinya, ketika saya berulang tahun yang ke-18 pada saat
itulah saya sudah resmi menanggalkan status sebagai anak dan beranjak dewasa.
Dengan kata lain, tanggung jawab saya semakin besar. Saya tidak boleh
'main-main lagi' karena saya sudah bukan anak-anak lagi.
Dan ternyata benar
saja. 7 hari menjelang usia ke-18 dan di saat saya berusia ke-18 saya telah
merasakan bagaimana susahnya mencari uang. Saya sempat bekerja sebagai store
associate di salah satu toko buku di Indonesia selama 3 bulan. Mulanya saya
sempat canggung dan bingung terhadap apa yang seharusnya saya lakukan. Terlebih
saya baru lulus SMA. Namun lantaran saya membiasakannya akhirnya lambat laun
saya bisa beradaptasi juga.
Dari situ saya
belajar banyak hal. Pertama yang paling kecil adalah tentang kedisiplinan. Di
saat kita masih sekolah, mungkin masih ada toleransi jika kita terlambat. Namun
jangan aplikasikan itu di dunia kerja. Terlambat boleh-boleh saja, namun jangan
sampai menjadi kebiasaan.
Kedua tentang
menghargai dan bekerja sama dengan orang lain. Di toko buku tempat saya bekerja
tidak hanya store associate saja yang bekerja. Ada juga bagian-bagian lainnya
semisal office boy, CSO, kasir, struck, dll. Nah, dalam dunia kerja menghargai
dan bekerja sama dengan orang lain amat dibutuhkan (dalam hal apa saja
sebenarnya). Misalnya jika CSOnya kerepotan mencarikan buku untuk calon
pembeli, S.A. yang baik harus turut membantu mencarikannya. Begitu pula
sebaliknya. Intinya kita harus saling melengkapi lah!
Terus juga di dunia
kerja dinamika pergaulannya lebih beragam ketimbang dunia sekolah. Jika di
dunia sekolah kita -biasanya- hanya bergaul dengan teman-teman yang sebaya
dengan kita, di dunia kerja, kita bergaul dengan berbagai latar belakang dan
usia yang berbeda. Entah itu yang lebih muda dari kita maupun yang lebih tua
daripada kita.
Masalahnya, kita bisa memanfaatkannya dengan baik atau tidak. Jika kita bisa memanfaatkan pergaulan dengan hal positif, tentu dapat mendatangkan sesuatu hal positif juga bagi kita. Dampaknya, dengan bergaul dengan berbagai usia kita bisa mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran dari mereka. Intinya kayak gitu deh!
Usia ke-18 juga merupakan surprise bagi saya. Di hari ulang tahun saya yang ke-18 saya mendapatkan 'kado' berupa saya menjadi juri pada sebuah lomba cerpen bulan bahasa di salah satu SMP di Manokwari, Papua Barat. Seumur hidup ini kali pertamanya saya menjadi juri sebuah lomba. Gemblong, sobat saya yang menjadi ketua osis di sekolahnya mempercayakan saya untuk menjadi juri pada perlombaan tersebut. Alhasil belasan cerpen dikirim via pos langsung dari Manokwari dan setibanya di Jakarta saya berusaha menyeleksinya dengan objektif.
Masalahnya, kita bisa memanfaatkannya dengan baik atau tidak. Jika kita bisa memanfaatkan pergaulan dengan hal positif, tentu dapat mendatangkan sesuatu hal positif juga bagi kita. Dampaknya, dengan bergaul dengan berbagai usia kita bisa mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran dari mereka. Intinya kayak gitu deh!
Usia ke-18 juga merupakan surprise bagi saya. Di hari ulang tahun saya yang ke-18 saya mendapatkan 'kado' berupa saya menjadi juri pada sebuah lomba cerpen bulan bahasa di salah satu SMP di Manokwari, Papua Barat. Seumur hidup ini kali pertamanya saya menjadi juri sebuah lomba. Gemblong, sobat saya yang menjadi ketua osis di sekolahnya mempercayakan saya untuk menjadi juri pada perlombaan tersebut. Alhasil belasan cerpen dikirim via pos langsung dari Manokwari dan setibanya di Jakarta saya berusaha menyeleksinya dengan objektif.
Comments
Post a Comment