Setiap orang pasti pernah mengalami masa-masa "sedih" dalam hidupnya.
Namun sayang, tidak semua orang tahu bagaimana mengatur kesedihannya
dengan baik. Padahal tidak hanya uang atau jadwal acara saja yang perlu
diatur atau ada manajemennya, kesedihan pun juga seharusnya mendapatkan
perlakuan yang sama.
Dalam cerita pendek "Management of Grief" karya Bharati Mukherjee, seorang penulis asal India, lewat tokoh bernama Judith Templeton, ia menjelaskan bahwa manajemen kesedihan itu terbagi menjadi 4 fase dan seseorang sudah dikatakan berhasil menjadi "manajer" atas kesedihannya jika ia bisa melewati semua fase itu.
Keempat fase itu adalah :
Rejection => Depression => Acceptance => Reconstruction
Di dalam cerpennya sih gak dijelasin secara detail apa definisi dari masing-masing fase. Namun saya mencoba memahaminya sebisa kemampuan saya.
1. Rejection (penolakan)
Ketika kita menerima kabar tidak mengenakkan, entah itu berita duka cita, kecelakaan, diputusin sama pacar atau yang lainnya, yang pertama kali kita lakukan adalah kaget dan mengelak kalau itu terjadi sama kita. Kita seakan tidak percaya bahwa kesedihan itu datang kepada kita. Kita menolak anggapan orang tentang, "Sabar yah." Mungkin kita akan berpikir, "Kenapa harus saya yang menerima kesedihan ini? Kenapa bukan yang lain saja?"
2. Depression (Depresi)
Lantaran kita belum bisa terima atas kesedihan yang menimpa kita, maka yang terjadi adalah kita mengalami depresi. Kita merasa bahwa betapa sengsaranya hidup kita. Sedangkan orang lain, betapa beruntungnya mereka. Lagipula apakah mereka benar-benar bisa merasakan apa yang kita rasakan? Pada fase ini kadang kita butuh waktu untuk menyendiri demi menenangkan pikiran. Kadang kita merasa bahwa terserah orang bilang mau apa karena mereka tidak merasakan apa yang kita rasakan.
3. Acceptance (Penerimaan)
Seiring berjalannya waktu, akhirnya "sang waktu" turut membantu memulihkan keadaan kita. Ya, memang diakui bahwa kesedihan menghampiri kita. Namun bagaimana pun juga kita gak bisa lari dari kenyataan. Belajar untuk menerima kenyataan, itu kuncinya. Pada fase ini kita berpikir bahwa banyak orang yang lebih menderita dari kita dan Tuhan punya maksud baik di balik semua ini. Akhirnya kita keluar dari "ruang penyendirian" lalu berani menghadapi dunia dengan badan tegak.
4. Reconstruction (pembangunan kembali/bangkit)
Di fase ini kita mulai bisa berpikir lebih jernih. Kita sudah dapat menerima kesedihan dan kini tiba saatnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik! Kita berpikir bahwa roda pasti berputar. Saat ini mungkin kita berada di bawah, namun kita yakin bahwa suatu hari kita akan berada di atas. Kita sadar bahwa tidak selamanya kita terpuruk dan jika itu terjadi, kita akan mengecewakan banyak orang. Akhirnya kita pun berbisik pada diri sendiri bahwa, "Saya gak boleh begini terus, saya harus jadi lebih baik!" Nyatanya, masalah yang menghampiri tidak menjadikan kita sebagai orang yang lemah namun justru menjadikan kita sebagai orang yang lebih kuat. Kita percaya bahwa masih banyak orang-orang yang cinta, sayang dan peduli sama kita sehingga kita pun akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengecewakan mereka. Akhirnya, kita kubur kesedihan itu sebagai kenangan dan pelajaran berharga dan kita tatap hari esok.
Itulah 4 fase manajemen kesedihan. Nah, ketika kita sedih, mampukah kita melewati fase-fase tersebut? :)
Dalam cerita pendek "Management of Grief" karya Bharati Mukherjee, seorang penulis asal India, lewat tokoh bernama Judith Templeton, ia menjelaskan bahwa manajemen kesedihan itu terbagi menjadi 4 fase dan seseorang sudah dikatakan berhasil menjadi "manajer" atas kesedihannya jika ia bisa melewati semua fase itu.
Keempat fase itu adalah :
Rejection => Depression => Acceptance => Reconstruction
Di dalam cerpennya sih gak dijelasin secara detail apa definisi dari masing-masing fase. Namun saya mencoba memahaminya sebisa kemampuan saya.
1. Rejection (penolakan)
Ketika kita menerima kabar tidak mengenakkan, entah itu berita duka cita, kecelakaan, diputusin sama pacar atau yang lainnya, yang pertama kali kita lakukan adalah kaget dan mengelak kalau itu terjadi sama kita. Kita seakan tidak percaya bahwa kesedihan itu datang kepada kita. Kita menolak anggapan orang tentang, "Sabar yah." Mungkin kita akan berpikir, "Kenapa harus saya yang menerima kesedihan ini? Kenapa bukan yang lain saja?"
2. Depression (Depresi)
Lantaran kita belum bisa terima atas kesedihan yang menimpa kita, maka yang terjadi adalah kita mengalami depresi. Kita merasa bahwa betapa sengsaranya hidup kita. Sedangkan orang lain, betapa beruntungnya mereka. Lagipula apakah mereka benar-benar bisa merasakan apa yang kita rasakan? Pada fase ini kadang kita butuh waktu untuk menyendiri demi menenangkan pikiran. Kadang kita merasa bahwa terserah orang bilang mau apa karena mereka tidak merasakan apa yang kita rasakan.
3. Acceptance (Penerimaan)
Seiring berjalannya waktu, akhirnya "sang waktu" turut membantu memulihkan keadaan kita. Ya, memang diakui bahwa kesedihan menghampiri kita. Namun bagaimana pun juga kita gak bisa lari dari kenyataan. Belajar untuk menerima kenyataan, itu kuncinya. Pada fase ini kita berpikir bahwa banyak orang yang lebih menderita dari kita dan Tuhan punya maksud baik di balik semua ini. Akhirnya kita keluar dari "ruang penyendirian" lalu berani menghadapi dunia dengan badan tegak.
4. Reconstruction (pembangunan kembali/bangkit)
Di fase ini kita mulai bisa berpikir lebih jernih. Kita sudah dapat menerima kesedihan dan kini tiba saatnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik! Kita berpikir bahwa roda pasti berputar. Saat ini mungkin kita berada di bawah, namun kita yakin bahwa suatu hari kita akan berada di atas. Kita sadar bahwa tidak selamanya kita terpuruk dan jika itu terjadi, kita akan mengecewakan banyak orang. Akhirnya kita pun berbisik pada diri sendiri bahwa, "Saya gak boleh begini terus, saya harus jadi lebih baik!" Nyatanya, masalah yang menghampiri tidak menjadikan kita sebagai orang yang lemah namun justru menjadikan kita sebagai orang yang lebih kuat. Kita percaya bahwa masih banyak orang-orang yang cinta, sayang dan peduli sama kita sehingga kita pun akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengecewakan mereka. Akhirnya, kita kubur kesedihan itu sebagai kenangan dan pelajaran berharga dan kita tatap hari esok.
Itulah 4 fase manajemen kesedihan. Nah, ketika kita sedih, mampukah kita melewati fase-fase tersebut? :)
Comments
Post a Comment