Kalau boleh
jujur, saya itu orangnya (aslinya) cuek dalam berpakaian. Mungkin bukan cuek juga sih,
tapi kurang pandai dalam berpenampilan. Makanya dalam hal berpergian misalnya,
saya cenderung kurang memperhatikan apa yang saya kenakan. Mau pake kaos yang
gambarnya udah pudar sama sepatu yang udah jelek atau agak kotor kek, bodo
amat. Mau pake kaos kegedean kek, bodo amat. Yang penting saya nyaman. Gak
terlalu peduli apa kata orang. Wong saya ini yang make. Malah berhubung
beberapa kali saya suka pakai kaos hasil dari ikutan berbagai acara, temen saya
malah bilang kalau saya tampil apa adanya. Bukan berarti saya gak pernah merhatiin
penampilan loh. Merhatiin iya, namun lebih sering cueknya. Oh ya, meski cuek, saya bisa menempatkan diri
kalau menghadiri acara formal. Maksudnya, gak berarti saya pakai kaos juga
kalau ada acara formal -_-
Namun
seiring berjalannya waktu, semakin bertambahnya usia dan pengalaman, saya semakin
sadar bahwa penampilan itu penting. Emang sih ada pepatah “don’t judge book by
its cover” yang berarti kita enggak bisa menilai seseorang hanya dari
penampilan yang dia kenakan. Namun kalau kita bisa jadi buku yang bagus dengan
sampulnya yang baik juga, kenapa sampulnya harus jelek juga? Jadi isinya
diperbaiki, penampilannya juga diperbaiki. Gitu maksudnya. Akhirnya learning by doing, pelan-pelan saya
mulai belajar dalam memperhatikan penampilan. Memperhatikan penampilan gak
berarti harus selalu kelihatan ‘cakep’ tapi juga berarti tau posisi dan waktu dalam berpenampilan. Bukan berarti
make kaos oblong saat datang kondangan atau harus make kemeja saat beli bubur
si denok di depan rumah -_-
Alasan utama
sebenarnya bukan untuk menarik lawan jenis. Namun alasannya karena Tuhan suka
dengan yang indah-indah. Jadi ya sudah,
kita senangkan saja Tuhan dengan hal-hal yang indah salah satunya dengan
mengeksplorasi penampilan.
Selain itu hal
manusiawi juga bagi manusia untuk suka terhadap hal-hal yang ‘cakep’ atau baik.
Saya yakin, sejelek-jeleknya orang, mereka pasti lebih suka melihat cowok atau
cewek yang berpenampilan bagus dan baik ketimbang cowok atau cewek yang berpenampilan
buruk apalagi dekil :p Itu hal lumrah. Gak berarti cewek suka lihat cewek
berpenampilan yang berpenampilan bagus sama dengan lesbian atau cowok suka
lihat cowok berpenampilan menarik sama saja dengan gay. Gak gitu kok -_- Pada
dasarnya, setiap manusia suka dengan hal-hal yang ‘cakep’, terlepas dia cewek
ataupun cowok. Jelas, seorang presenter yang penampilannya ‘kece’ atau ‘cakep’ akan
membawa suasana acara lebih baik ketimbang seorang presenter yang penampilannya
“seadanya”. Kalau yang ada bagus sih masih mending, kalau adanya jelek?
Sejak itu
diam-diam saya suka merhatiin bagaimana orang lain berpakaian. Di tempat umum,
di sekitar rumah, di luar rumah hingga di dunia kuliah. Di facebook juga suka
kadang :p Kalau cewek dan cara berpenampilannya menurut saya bagus, saya apresiasi dan kadang suka kepikiran, “Boleh
juga nih jadi cowoknya :P” atau kepikiran buat jadi pasangannya nanti :p.
Sedangkan kalau cowok dan cara berpenampilannya menurut saya bagus, saya apresiasi
dan saya jadikan itu sebagai referensi cara berpenampilan saya dan saya kadang
mikir, “Boleh juga nih diterapin dalam penampilan saya.”
Kalau di TV,
saya suka merhatiin pembawa acara-pembawa acara di NET Tv. Mulai dari Marissa
Anita, Shahnaz Soehartono, Zendhy Zain, Ganindra Bimo dll. Saya gak habis
pikir, meski NET tergolong TV baru namun kenapa cakep-cakep ya hostnya? Gak
cewek dan gak cowok, saya suka penampilannya. Rapi. Ganteng dan cantik. Mungkin
selain memang good looking, tukang make-upnya juga handal.
Back to
topic, sebagai tindak lanjutnya, lambat laun saya suka mengeksplorasi cara saya
dalam hal berpenampilan. Saya gak merasa kalau saya ganteng, tapi kalau merasa
manis sih pernah :p *narsis*. Saya merasa, tingkat kegantengan atau kecantikan
atau bahkan kharisma seseorang bisa lebih “terangkat” jadi lebih baik atau
lebih buruk dari penampilannya. Maksud ganteng atau cantik di sini gak pasti
berarti wajahnya berubah jadi Kim Kardashian atau Tyler Hoechlin, namun lebih
berarti “good-looking”. Enak dipandang dan banyak orang yang senang atau
menyukainya. Kalau orang yang fisik aslinya biasa-biasa saja atau malah ‘jelek’
menjadi lebih ‘cakep’ saat berpenampilan baik, apalagi kalau orang yang fisik
aslinya ganteng/cantik. Pasti akan lebih lebih lagi! Makanya pintar
berpenampilan perlu.
Sayangnya, koleksi
pakaian saya gak banyak sehingga variasi berpakaiannya juga tidak terlalu
banyak. Kendati demikian itu bukan masalah untuk saya melakukan mix and match atau mengkombinasikan warna dan jenis pakaian. Kadang saya
suka buat konsep sendiri dalam berpenampilan (gak selalu). Misalnya hari ini
konsepnya ingin orens-cokelat akhirnya saya memakai kemeja warna orens dan
celana cokelat. Hari berikutnya konsepnya ingin terlihat seperti agak ‘nakal’
dan ingin kelihatan lebih ‘remaja’ akhirnya saya pakai kaos dan dengan kemeja
dibuka. Kalau konsepnya simple, ya sudah
saya pakai baju koko sebagai atasan. Begitu pula seterusnya. Saya suka
menerapkannya dalam berpergian khususnya ketika pergi kuliah dan mengajar. Malah
saya juga pernah ketika saya ingin mengkreasikan ‘dasi’ dalam hal berpakaian,
saya dikira mau kerja. Padahal saat itu saya ingin kelihatan lebih dewasa dan
mencoba sesuatu hal yang baru dengan menciptakan gaya berpenampilan tersendiri.
Masalah
apakah orang lain suka dengan cara berpenampilan saya atau apakah beberapa
lawan jenis tertarik dengan saya, itu masalah belakangan. Gak terlalu mikirin. Yang
penting sih kepuasan batin dulu. Soalnya itu adalah hal yang saya cari. Saya enggak ngarep
dipuji, namun senang dan puas saja rasanya ketika ada beberapa orang yang merasa
senang lalu mengapresiasi atas cara kita berpenampilan. Jadi poin plus aja.
Bagi saya itu memotivasi saya untuk lebih baik lagi. Syukur-syukur jika merasa
terinspirasi. Membuat orang senang dan menjadi terinspirasi adalah hal yang
baik,kan?
Kedengeran
agak narsis, tapi beberapa orang pernah mengapresiasi penampilan saya. Sebaliknya,
saya juga suka merasa senang dan puas ketika melihat orang ketika cara
berpenampilannya cakep, baik itu cowok maupun cewek.
Pada
akhirnya, cowok emang gak seribet cewek dalam penampilan. Misalnya saja kalau
mau pergi kondangan, cewek harus pake bedak dulu atau lipstick tapi cowok cukup
pake kemeja dan celana panjang juga udah jadi. Saya akui saya masih perlu
banyak belajar perihal penampilan. Meski saya belajar soal penampilan gak
berarti saya jadi bener-bener memprioritaskan penampilan. Malah jujur loh, di
saat sebagian temen cowok make pembersih muka kayak biore dkk atau rexona men, saya
malah gak make sama sekali. Terbukti saya juga masih punya sifat dasar cowok
yang pada dasarnya lebih ‘cuek’ dalam penampilan ketimbang cewek. Hanya saja
saya merasa jadi cowok sebaiknya jangan selalu atau keseringan cuek dalam hal
berpenampilan. Gak harus bermerk mahal untuk kelihatan 'modis' atau 'stylish', kita jjuga bisa memanfaatkan pakaian yang kita miliki. Ngurusin penampilan bukan hal yang tabu kok bagi cowok. Menurut
saya cowok juga perlu bereksplorasi!
NB : Well,
kalau ada waktu dan kesempatan, mungkin saya akan nulis cara berpenampilan ala ‘saya’
:p
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete