Salah satu hal yang saya suka dari menjadi penulis adalah kepuasan batin.
Senang saja rasanya jika tulisan yang kita tulis dapat menginspirasi orang lain apalagi membuatnya tersentuh.
Bagi saya, sebesar apapun royalti atau honor yang didapatkan, tidak akan bisa mengalahkan kepuasan batin. Sebab kepuasan batin tidak ternilai.
Pernah ada teman yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Keinginannya untuk mengikuti kegiatan yang disuka tidak diizinkan oleh orang tuanya. Padahal kegiatan yang anaknya lakukan positif. Jauh dari hal-hal negatif dan bahkan ia berprestasi di bidang itu. Namun mungkin karena orang tuanya tidak mau berpikiran terbuka dan agak sulit diajak berdiskusi, ia melarang anaknya untuk menekuni hobinya itu. Akhirnya mau tidak mau sang anak mengikuti apa kata orang tuanya, meski itu bukan yang terbaik untuknya.
Sebagai teman saya tidak bisa berbuat banyak. Gak mungkin dong saya bilangin orang tuanya? Akhirnya saya membantunya dengan apa yang saya bisa: menulis di blog kemudian saya share linknya ke dia via twitter. Meski mungkin tidak membantu orang tuanya untuk berubah pikiran, setidaknya melalui tulisan kita bisa memberi kekuatan bahwa kamu tidak sendiri.
Alhamdulillah, berdampak positif. Kepuasan batin bagi saya ketika ia menjadikan postingan blog saya sebagai favorit di twitter, meretweetnya lalu berkata bahwa ia menangis ketika membacanya. Hal sederhana yang kadang dilupakan namun kita tidak sadar bahwa dengan tulisan kita bisa memberikan kekuatan.
Waktu cerpen saya dimuat di sebuah tabloid, pernah ada pembaca yang menyatakan kesukaannya terhadap cerpen saya. Padahal saya gak kenal dengan orang itu sebelumnya, hanya bertemu di dunia maya saja. Cerpen saya kan berlatarkan sejarah Inggris di masa lampau. Nah, ternyata ia merupakan penggemar dari Jack The Ripper (bagi yang belum tahu, silakan digoogle siapa itu Jack The Ripper), tokoh yang saya jadikan inspirasi cerpen saya! Dari segi honor cerpen tidak seberapa, namun dari kepuasan orang lain, saya mendapatkan ‘bayaran lebih. Saya lupa apa kata-katanya, namun puas saja rasanya ketika ada seseorang yang menyatakan secara langsung bahwa ia suka dengan tulisan kita, apalagi jika ia memiliki hubungan dengan apa yang kita tulis (baca: penggemar tokoh).
Pernah juga ada teman yang minta tolong untuk dibuatkan kata-kata doa sebagai penutupan KKN dalam sebuah pengajian di sebuah daerah di Lampung dimana mayoritas penduduknya berpendidikan rendah. Kalau doanya dalam bahasa Arab kan tidak ada yang mengerti. Jangankan mereka, saya juga belum tentu ngerti apa artinya. Maka dari itu saya diminta untuk menuliskan doa dalam bahasa Indonesia. Tadinya sih saya bingung mau menulis seperti apa. Terlebih saat itu sedang ada tugas kuliah juga seingat saya. Tapi berhubung saya sudah janji, saya lakukan. Saya tulis kata-kata bermuatan doa. Dibilang murni seperti doa sih enggak juga, soalnya saya merasa, ini puisi atau doa ya? Soalnya rada-rada mirip puisi. Tapi ya sudah lah, toh yang penting ada doanya. Akhirnya saya kirimkan tulisannya ke teman saya melalui kotak masuk di facebook.
Jujur saya sih merasa tulisan saya biasa-biasa saja. Malah saya sempat mikir, ini cocok gak ya kalau doanya kayak gini? Soalnya saya belum pernah nulis kata-kata tentang doa untuk dibacakan di depan orang banyak untuk orang lain. Namun beberapa hari kemudian ternyata teman saya bilang kalau tulisan doa yang saya tulis itu membuat sebagian besar orang di sana dan serta beberapa panitia KKN menangis dan menitikkan air mata. Saya tercengang dan sempat berpikir, “Ah, masa sih? Kayaknya biasa aja deh.” Saya mencoba meyakinkan kalau apa yang dia katakan itu enggak benar. Tapi sebaliknya, ia justru meyakinkan saya bahwa apa yang ia ucapkan memang demikian adanya bahkan katanya ia sempat nangis. Entah di bagian tulisan apa yang membuat mereka menangis. Tapi apapun itu alhamdulillah. Saya bersyukur dan merasa puas.
Mendapati bahwa tulisan saya dicopas oleh salah satu situs radio di Jawa Barat, kaskus hingga jadi HT dan beberapa website juga merupakan contoh lain yang saya alami. Dapet duit? Enggak sama sekali sih. Namun senang dan puas saja meski ada yang tidak mencantumkan nama penulisnya.
Itulah salah satu “enaknya” menulis, yakni KEPUASAN BATIN. Bukan hanya diri kita sendiri yang merasakannya namun juga orang lain. Bahkan orang sekaya apapun di dunia tidak bisa membayar yang namanya KEPUASAN BATIN. Dari apa yang pernah saya alami misalnya, saya merasa senang, lega, bahagia di saat ada yang merasa lebih kuat dan tidak sendiri ketika membaca tulisan saya, ada yang merasa senang saat membaca tulisan saya atau bahkan hingga menitikkan air mata. Syukur-syukur ada yang merasa terinspirasi.
Tidak ada maksud untuk membanggakan diri atau merasa gimana-gimana dari tulisan saya sebab masih banyak yang belum saya tulis. Di luar sana ada banyak penulis yang lebih menginspirasi bagi banyak orang. Entah apa jadinya jika Prita Mulyasari, Pramoedya Ananta Toer dan Malala Y. tidak menulis demi mengeluarkan hasrat “kepuasan batinnya” akankah ada perubahan berarti bagi dunia? Bayangkan pula jika tidak ada yang menulis di www.change.org dan membuat petisi dengan tulisannya demi mencurahkan isi hati sembari menumpahkan kepuasan batinnya, akankah ada perbedaan?
Maksud tulisan ini saya hanya ingin bilang bahwa kalau kamu memang suka nulis, lakukanlah dari sekarang. Mengejar materi nomor dua, kepuasan batin yang sebaiknya lebih diprioritaskan. Tulis apa yang bisa membuatmu dan orang lain mendapatkan kepuasan batin dari orang lain. Tentang masalah kebersihan, tentang masalah diskriminasi suatu kelompok, tentang masalah pemuda, tentang apapun. Tentang hal apa saja asal kamu bisa ‘puas’. Lagipula bukankah sifat dasar manusia itu tidak pernah merasa puas?
Lakukanlah agar kamu ‘puas’, namun dengan catatan, BUKAN sembarang kepuasan batin. Kepuasan batin yang bersinergi dengan energi positif, itulah kepuasan batin sebenarnya. Kepuasan batin harus dilakukan dengan cara yang benar dan positif. Bukan sekadar puas ketika banyak yang baca namun minim atau nihil dampak positif. Kalau itu sih gak ada bedanya dengan fanpage-fanpage yang hanya mencari kepuasan batin perasaannya saja. Untuk membedakan apakah kepuasan batinmu palsu atau asli, tunggu saja beberapa waktu kemudian. Akankah kepuasan batin yang kamu dapatkan akan melahirkan sikap dan tindakan positif? Jika iya, percaya dan yakinlah, ketika kepuasan batin bertemu dengan energi positif, lihatlah sendiri apa yang akan terjadi pada dunia, dimulai dari dirimu sendiri dan orang-orang di sekelilingmu.
NB : Tulisan ini ditulis sambil mendengarkan lagu We Are The Worldnya Michael Jackson.
Senang saja rasanya jika tulisan yang kita tulis dapat menginspirasi orang lain apalagi membuatnya tersentuh.
Bagi saya, sebesar apapun royalti atau honor yang didapatkan, tidak akan bisa mengalahkan kepuasan batin. Sebab kepuasan batin tidak ternilai.
Pernah ada teman yang mengalami konflik dengan orang tuanya. Keinginannya untuk mengikuti kegiatan yang disuka tidak diizinkan oleh orang tuanya. Padahal kegiatan yang anaknya lakukan positif. Jauh dari hal-hal negatif dan bahkan ia berprestasi di bidang itu. Namun mungkin karena orang tuanya tidak mau berpikiran terbuka dan agak sulit diajak berdiskusi, ia melarang anaknya untuk menekuni hobinya itu. Akhirnya mau tidak mau sang anak mengikuti apa kata orang tuanya, meski itu bukan yang terbaik untuknya.
Sebagai teman saya tidak bisa berbuat banyak. Gak mungkin dong saya bilangin orang tuanya? Akhirnya saya membantunya dengan apa yang saya bisa: menulis di blog kemudian saya share linknya ke dia via twitter. Meski mungkin tidak membantu orang tuanya untuk berubah pikiran, setidaknya melalui tulisan kita bisa memberi kekuatan bahwa kamu tidak sendiri.
Alhamdulillah, berdampak positif. Kepuasan batin bagi saya ketika ia menjadikan postingan blog saya sebagai favorit di twitter, meretweetnya lalu berkata bahwa ia menangis ketika membacanya. Hal sederhana yang kadang dilupakan namun kita tidak sadar bahwa dengan tulisan kita bisa memberikan kekuatan.
Waktu cerpen saya dimuat di sebuah tabloid, pernah ada pembaca yang menyatakan kesukaannya terhadap cerpen saya. Padahal saya gak kenal dengan orang itu sebelumnya, hanya bertemu di dunia maya saja. Cerpen saya kan berlatarkan sejarah Inggris di masa lampau. Nah, ternyata ia merupakan penggemar dari Jack The Ripper (bagi yang belum tahu, silakan digoogle siapa itu Jack The Ripper), tokoh yang saya jadikan inspirasi cerpen saya! Dari segi honor cerpen tidak seberapa, namun dari kepuasan orang lain, saya mendapatkan ‘bayaran lebih. Saya lupa apa kata-katanya, namun puas saja rasanya ketika ada seseorang yang menyatakan secara langsung bahwa ia suka dengan tulisan kita, apalagi jika ia memiliki hubungan dengan apa yang kita tulis (baca: penggemar tokoh).
Pernah juga ada teman yang minta tolong untuk dibuatkan kata-kata doa sebagai penutupan KKN dalam sebuah pengajian di sebuah daerah di Lampung dimana mayoritas penduduknya berpendidikan rendah. Kalau doanya dalam bahasa Arab kan tidak ada yang mengerti. Jangankan mereka, saya juga belum tentu ngerti apa artinya. Maka dari itu saya diminta untuk menuliskan doa dalam bahasa Indonesia. Tadinya sih saya bingung mau menulis seperti apa. Terlebih saat itu sedang ada tugas kuliah juga seingat saya. Tapi berhubung saya sudah janji, saya lakukan. Saya tulis kata-kata bermuatan doa. Dibilang murni seperti doa sih enggak juga, soalnya saya merasa, ini puisi atau doa ya? Soalnya rada-rada mirip puisi. Tapi ya sudah lah, toh yang penting ada doanya. Akhirnya saya kirimkan tulisannya ke teman saya melalui kotak masuk di facebook.
Jujur saya sih merasa tulisan saya biasa-biasa saja. Malah saya sempat mikir, ini cocok gak ya kalau doanya kayak gini? Soalnya saya belum pernah nulis kata-kata tentang doa untuk dibacakan di depan orang banyak untuk orang lain. Namun beberapa hari kemudian ternyata teman saya bilang kalau tulisan doa yang saya tulis itu membuat sebagian besar orang di sana dan serta beberapa panitia KKN menangis dan menitikkan air mata. Saya tercengang dan sempat berpikir, “Ah, masa sih? Kayaknya biasa aja deh.” Saya mencoba meyakinkan kalau apa yang dia katakan itu enggak benar. Tapi sebaliknya, ia justru meyakinkan saya bahwa apa yang ia ucapkan memang demikian adanya bahkan katanya ia sempat nangis. Entah di bagian tulisan apa yang membuat mereka menangis. Tapi apapun itu alhamdulillah. Saya bersyukur dan merasa puas.
Mendapati bahwa tulisan saya dicopas oleh salah satu situs radio di Jawa Barat, kaskus hingga jadi HT dan beberapa website juga merupakan contoh lain yang saya alami. Dapet duit? Enggak sama sekali sih. Namun senang dan puas saja meski ada yang tidak mencantumkan nama penulisnya.
Itulah salah satu “enaknya” menulis, yakni KEPUASAN BATIN. Bukan hanya diri kita sendiri yang merasakannya namun juga orang lain. Bahkan orang sekaya apapun di dunia tidak bisa membayar yang namanya KEPUASAN BATIN. Dari apa yang pernah saya alami misalnya, saya merasa senang, lega, bahagia di saat ada yang merasa lebih kuat dan tidak sendiri ketika membaca tulisan saya, ada yang merasa senang saat membaca tulisan saya atau bahkan hingga menitikkan air mata. Syukur-syukur ada yang merasa terinspirasi.
Tidak ada maksud untuk membanggakan diri atau merasa gimana-gimana dari tulisan saya sebab masih banyak yang belum saya tulis. Di luar sana ada banyak penulis yang lebih menginspirasi bagi banyak orang. Entah apa jadinya jika Prita Mulyasari, Pramoedya Ananta Toer dan Malala Y. tidak menulis demi mengeluarkan hasrat “kepuasan batinnya” akankah ada perubahan berarti bagi dunia? Bayangkan pula jika tidak ada yang menulis di www.change.org dan membuat petisi dengan tulisannya demi mencurahkan isi hati sembari menumpahkan kepuasan batinnya, akankah ada perbedaan?
Maksud tulisan ini saya hanya ingin bilang bahwa kalau kamu memang suka nulis, lakukanlah dari sekarang. Mengejar materi nomor dua, kepuasan batin yang sebaiknya lebih diprioritaskan. Tulis apa yang bisa membuatmu dan orang lain mendapatkan kepuasan batin dari orang lain. Tentang masalah kebersihan, tentang masalah diskriminasi suatu kelompok, tentang masalah pemuda, tentang apapun. Tentang hal apa saja asal kamu bisa ‘puas’. Lagipula bukankah sifat dasar manusia itu tidak pernah merasa puas?
Lakukanlah agar kamu ‘puas’, namun dengan catatan, BUKAN sembarang kepuasan batin. Kepuasan batin yang bersinergi dengan energi positif, itulah kepuasan batin sebenarnya. Kepuasan batin harus dilakukan dengan cara yang benar dan positif. Bukan sekadar puas ketika banyak yang baca namun minim atau nihil dampak positif. Kalau itu sih gak ada bedanya dengan fanpage-fanpage yang hanya mencari kepuasan batin perasaannya saja. Untuk membedakan apakah kepuasan batinmu palsu atau asli, tunggu saja beberapa waktu kemudian. Akankah kepuasan batin yang kamu dapatkan akan melahirkan sikap dan tindakan positif? Jika iya, percaya dan yakinlah, ketika kepuasan batin bertemu dengan energi positif, lihatlah sendiri apa yang akan terjadi pada dunia, dimulai dari dirimu sendiri dan orang-orang di sekelilingmu.
NB : Tulisan ini ditulis sambil mendengarkan lagu We Are The Worldnya Michael Jackson.
Comments
Post a Comment