+ Ada yang mengatakan sebaiknya kita tidak usah selfie karena selfie
bisa mengundang ujub atau bangga terhadap diri sendiri dan itu dilarang
Allah. Apalagi kalau diunggah ke jejarsos, itu bisa membuat kita bangga
sama diri sendiri. apa yang harus saya lakukan?
- Ya sudah, gak usah selfie. Daripada nanti kamu ujub. Kalau mau unggah foto, mending unggah foto yang bukan selfie.
+ Maksudnya yang difotoin sama orang?
- Iya
+ Tapi bukankah foto yang gak selfie juga bisa menimbulkan ujub karena kita bangga karena ada yang motoin. Seakan-akan kita ngasih tau ke orang yang selfie, "Yeee... gue difotoin dong, emang situ gak ada yang motoin." Orang yang selfie kan kasian, dia moto karena gak ada yang motoin. Lebih membanggakan yang gak selfie dong karena itu artinya ada yang motoin.
- Hmmm... kalau gitu jangan unggah foto sama sekali. Nulis status saja.
+ Tapi saya punya instagram yang fungsinya untuk berbagi cerita lewat foto.
- Beralih ke facebook/twitter dan cukup nulis status saja.
+ Nulis status bukankah juga bisa ujub karena ada fitur like dan komentar? Apa tunggu fitur like/komentarnya dihapus sama Mark Z? Nanti semakin banyak like dan komentar, kita bisa bangga, "Lihat dong status gue disukai banyak orang atau dikomentari banyak orang."
- Yo wis, lebih baik gak usah nulis status sama sekali.
+ Masalahnya, teman facebook dan follower twitter saya banyak. Saya juga bisa ujub, "Lihat dong follower/teman gue udah berapa!" atau bisa juga ujub karena temenan facebook sama si ini, sama si itu dsb.
- Gak usah banyak-banyak temannya. Proteksi twitternya biar gak banyak follower.
+ Tapi gak semua orang Indonesia punya facebook/twitter. Orang-orang di pelosok yang akses internetnya susah misalnya. Saya juga bisa merasa bangga kan karena gak semuanya sudah melek jejarsos?
- Hmm... Lebih baik gak usah bikin akun jejaring sosial. Hapus saja. Dengan begitu kamu gak akan merasa ujub.
+ Tapi bukankah merasa diri sendiri gak ujub juga sama ujubnya karena merasa ada yang ujub ketimbang kita?
- Sudah, lakukan saja. Hapus akun-akun jejarsos biar gak ujub.
+ Oke
Beberapa menit kemudian.
- Bagaimana, sudah?
- Sobat, bagaimana?
- Tes?
- Tes?
- Kok gak ada jawaban?
- Hallo?
- Kamu masih ON kan?
NB : Sebenarnya poin yang harus dibagikan dan kita tangkap bukan gak boleh selfie atau unggah foto biar gak ujub. Kalau mau adil, dakwah pun juga bisa berujung pada ujub. Kalau merupakan hal positif dan dibagikan dengan bijak, bukan suatu masalah menurut saya. Poinnya adalah, mau selfie atau gak, tetap ingat bahwa tanpa kenikmatan atau kebaikan yang Allah berikan, kita bukan apa-apa. Allah berperan di balik selfie/bukan selfie. Itu saja sih intinya.
- Ya sudah, gak usah selfie. Daripada nanti kamu ujub. Kalau mau unggah foto, mending unggah foto yang bukan selfie.
+ Maksudnya yang difotoin sama orang?
- Iya
+ Tapi bukankah foto yang gak selfie juga bisa menimbulkan ujub karena kita bangga karena ada yang motoin. Seakan-akan kita ngasih tau ke orang yang selfie, "Yeee... gue difotoin dong, emang situ gak ada yang motoin." Orang yang selfie kan kasian, dia moto karena gak ada yang motoin. Lebih membanggakan yang gak selfie dong karena itu artinya ada yang motoin.
- Hmmm... kalau gitu jangan unggah foto sama sekali. Nulis status saja.
+ Tapi saya punya instagram yang fungsinya untuk berbagi cerita lewat foto.
- Beralih ke facebook/twitter dan cukup nulis status saja.
+ Nulis status bukankah juga bisa ujub karena ada fitur like dan komentar? Apa tunggu fitur like/komentarnya dihapus sama Mark Z? Nanti semakin banyak like dan komentar, kita bisa bangga, "Lihat dong status gue disukai banyak orang atau dikomentari banyak orang."
- Yo wis, lebih baik gak usah nulis status sama sekali.
+ Masalahnya, teman facebook dan follower twitter saya banyak. Saya juga bisa ujub, "Lihat dong follower/teman gue udah berapa!" atau bisa juga ujub karena temenan facebook sama si ini, sama si itu dsb.
- Gak usah banyak-banyak temannya. Proteksi twitternya biar gak banyak follower.
+ Tapi gak semua orang Indonesia punya facebook/twitter. Orang-orang di pelosok yang akses internetnya susah misalnya. Saya juga bisa merasa bangga kan karena gak semuanya sudah melek jejarsos?
- Hmm... Lebih baik gak usah bikin akun jejaring sosial. Hapus saja. Dengan begitu kamu gak akan merasa ujub.
+ Tapi bukankah merasa diri sendiri gak ujub juga sama ujubnya karena merasa ada yang ujub ketimbang kita?
- Sudah, lakukan saja. Hapus akun-akun jejarsos biar gak ujub.
+ Oke
Beberapa menit kemudian.
- Bagaimana, sudah?
- Sobat, bagaimana?
- Tes?
- Tes?
- Kok gak ada jawaban?
- Hallo?
- Kamu masih ON kan?
NB : Sebenarnya poin yang harus dibagikan dan kita tangkap bukan gak boleh selfie atau unggah foto biar gak ujub. Kalau mau adil, dakwah pun juga bisa berujung pada ujub. Kalau merupakan hal positif dan dibagikan dengan bijak, bukan suatu masalah menurut saya. Poinnya adalah, mau selfie atau gak, tetap ingat bahwa tanpa kenikmatan atau kebaikan yang Allah berikan, kita bukan apa-apa. Allah berperan di balik selfie/bukan selfie. Itu saja sih intinya.
Comments
Post a Comment