Ketika kita diperlakukan kurang/tidak baik oleh orang lain, tidak perlulah kita membalas apa yang ia lakukan kepada kita.
misal, dihina balas menghina.
dikecewakan balas mengecewakan.
diremehkan balas dengan meremehkan.
tidak perlu mendoakan yang kurang baik kepadanya apalagi sampai nyumpain, "Gue sumpahin lo nanti...!"
tidak perlu juga membalasnya dengan mengancam, "Lihat aja nanti! Gue pasti lebih baik daripada lo!"
Tidak perlu.
Jika kita melakukan hal yang sama, apa bedanya kita dengan mereka?
Tunjukkan kalau kita BERBEDA!
Ketika diperlakukan kurang baik oleh orang, entah itu dikecewakan, dikhianati, diremehkan dsb, kalem aja. Yang perlu kita lakukan cuma satu, yakni: MAIN CAKEP.
Maksud MAIN CAKEP di sini itu kita gak membalas perbuatannya secara langsung, namun kita sesungguhnya menyampaikan "pesan kebaikan" secara tersirat kepada orang yang memperlakukan kita dengan kurang baik ttg apa yang pernah ia lakukan kepada kita.
Gimana gak disebut main cakep coba, kita "digituin" tapi kita kita malah menyampaikan "pesan kebaikan" untuknya? :)
Ada dua hal yang perlu kita percaya ketika kita MAIN CAKEP:
1. Percaya Tuhan tidak pernah tidur
2. Percaya waktu tidak pernah bohong
Jadi...
kalau kita dikecewakan/diremehkan/dihina/diejek/dibully dsb oleh orang lain, gak usah sedih berlarut-larut apalagi sampai pengen membalas perlakuan kurang baiknya. Gak perlu juga membuktikan kepadanya kalau kita akan lebih baik daripada dia suatu hari nanti. Gak perlu.
Kecewa itu manusiawi. Wajar. Tapi kalem aja, gak perlu berkoar-koar ke diadan jangan sampai kecewanya berkelanjutan. Kita harus berpikir bahwa apakah perilaku mengecewakan dia lebih penting untuk dipikirkan dari potensi yang kita miliki? Potensi diri kita tentu lebih penting dipikirkan, kan? smile emotikon
Yang perlu dilakukan adalah kita cukup main cakep.
Caranya? Caranya dengan mengenali diri sendiri yang terikat dengan 3 masa: 1. Masa lampau, 2. masa sekarang, 3. masa depan.
Apakah diri kita pernah melakukan kesalahan kepada orang lain? Apakah diri kita pernah mengecewakan orang lain? Apa kita pernah menyinggung orang lain? Dan sebagainya.
Kenali diri sendiri di masa lampau dengan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Setelah itu, transformasikan jawaban-jawaban yang kita temukan dalam bentuk yang lebih nyata di masa sekarang. Bentuknya? Ya berupa perilaku keseharian kita. Misalnya, bisa jadi kesalahan kita di masa lampau adalah kita dulu sering berkata-kata yang gak enak kepada orang lain. Nah, kini setelah tahu jawabannnya, kita lebih berhati-hati dalam berbicara kepada orang lain. Hati orang siapa yang tahu? Bisa jadi kita pernah menyinggung orang lain namun kita tak menyadarinya. Introspeksi, intinya.
Begitu juga dengan mengenali diri di masa sekarang & masa depan. Apa saja yang sedang kita lakukan? Karya apa saja yang sedang kita buat? Rencana "kebaikan" apa saja yang kita punya? Apa potensi yang aku punya saat ini dan ke depannya? Dan sebagainya.
Tanyakan pada diri sendiri sebab kita lebih mengenali diri kita ketimbang orang lain. Lalu setelah menemukan jawabannya, transformasikan jawaban-jawaban itu dalam bentuk yang lebih nyata di masa sekarang dan masa depan. Jadikan itu sebagai energi positif dalam diri. Tanamkan pada diri kuat-kuat dengan menyesuaikan potensi diri kita, misalnya: "Mulai saat ini, detik ini aku akan belajar dengan giat agar aku bisa kuliah di UI" atau "Selama setahun ke depan insyaallah aku bisa menerbitkan setidaknya 1 buku". Kenali potensi diri dan langsung beraksi, itu intinya. Lakukan dengan konsisten. Jadilah air yang kelihatannya tenang, namun ternyata sebenarnya diam-diam menghanyutkan. ;)
Kita gak perlu tahu apa kekurangan orang yang pernah memperlakukan kita dengan kurang baik apalagi kehidupannya setelah mengecewakan kita. Kita gak perlu tahu. Biarin aja. Lagipula kalau tahu, terus kenapa dan peduli apa kita? Mendingan mengenali kekurangan diri sendiri daripada orang lain dengan cara introspeksi, kenali diri dan langsung beraksi. Jadi tak perlu sumpah serapah, apalagi mengancam :)
Orang yang pernah memperlakukan kita kurang baik mungkin gak secara langsung mengerti rasanya bagaimana perlakuan buruk yang pernah ia lakukan. Namun yang terpenting adalah kita sudah menyampaikan "pesan kebaikan" kepadanya dengan cara yang ia tidak duga lewat karya-karya yang kita hasilkan, terlepas dia mau mengaplikasikan pesan kebaikan itu atau tidak. Isi pesannya itu apa, itu terserah kita selaku penyampai pesan. Isi pesannya misalnya, "Hidupku bukan di tanganmu. Perilakumu tak menghentikan produktivitasku.".
Kenapa mesti main cakep? Ingat kan bahwa kita mesti percaya akan 2 hal: Tuhan emang gak pernah tidur dan waktu juga gak pernah bohong. Nah, di saat itulah kita kudu main cakep :))))))
21 April 2015
*ditulis dari hati nurani terdalam*
misal, dihina balas menghina.
dikecewakan balas mengecewakan.
diremehkan balas dengan meremehkan.
tidak perlu mendoakan yang kurang baik kepadanya apalagi sampai nyumpain, "Gue sumpahin lo nanti...!"
tidak perlu juga membalasnya dengan mengancam, "Lihat aja nanti! Gue pasti lebih baik daripada lo!"
Tidak perlu.
Jika kita melakukan hal yang sama, apa bedanya kita dengan mereka?
Tunjukkan kalau kita BERBEDA!
Ketika diperlakukan kurang baik oleh orang, entah itu dikecewakan, dikhianati, diremehkan dsb, kalem aja. Yang perlu kita lakukan cuma satu, yakni: MAIN CAKEP.
Maksud MAIN CAKEP di sini itu kita gak membalas perbuatannya secara langsung, namun kita sesungguhnya menyampaikan "pesan kebaikan" secara tersirat kepada orang yang memperlakukan kita dengan kurang baik ttg apa yang pernah ia lakukan kepada kita.
Gimana gak disebut main cakep coba, kita "digituin" tapi kita kita malah menyampaikan "pesan kebaikan" untuknya? :)
Ada dua hal yang perlu kita percaya ketika kita MAIN CAKEP:
1. Percaya Tuhan tidak pernah tidur
2. Percaya waktu tidak pernah bohong
Jadi...
kalau kita dikecewakan/diremehkan/dihina/diejek/dibully dsb oleh orang lain, gak usah sedih berlarut-larut apalagi sampai pengen membalas perlakuan kurang baiknya. Gak perlu juga membuktikan kepadanya kalau kita akan lebih baik daripada dia suatu hari nanti. Gak perlu.
Kecewa itu manusiawi. Wajar. Tapi kalem aja, gak perlu berkoar-koar ke diadan jangan sampai kecewanya berkelanjutan. Kita harus berpikir bahwa apakah perilaku mengecewakan dia lebih penting untuk dipikirkan dari potensi yang kita miliki? Potensi diri kita tentu lebih penting dipikirkan, kan? smile emotikon
Yang perlu dilakukan adalah kita cukup main cakep.
Caranya? Caranya dengan mengenali diri sendiri yang terikat dengan 3 masa: 1. Masa lampau, 2. masa sekarang, 3. masa depan.
Apakah diri kita pernah melakukan kesalahan kepada orang lain? Apakah diri kita pernah mengecewakan orang lain? Apa kita pernah menyinggung orang lain? Dan sebagainya.
Kenali diri sendiri di masa lampau dengan menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu. Setelah itu, transformasikan jawaban-jawaban yang kita temukan dalam bentuk yang lebih nyata di masa sekarang. Bentuknya? Ya berupa perilaku keseharian kita. Misalnya, bisa jadi kesalahan kita di masa lampau adalah kita dulu sering berkata-kata yang gak enak kepada orang lain. Nah, kini setelah tahu jawabannnya, kita lebih berhati-hati dalam berbicara kepada orang lain. Hati orang siapa yang tahu? Bisa jadi kita pernah menyinggung orang lain namun kita tak menyadarinya. Introspeksi, intinya.
Begitu juga dengan mengenali diri di masa sekarang & masa depan. Apa saja yang sedang kita lakukan? Karya apa saja yang sedang kita buat? Rencana "kebaikan" apa saja yang kita punya? Apa potensi yang aku punya saat ini dan ke depannya? Dan sebagainya.
Tanyakan pada diri sendiri sebab kita lebih mengenali diri kita ketimbang orang lain. Lalu setelah menemukan jawabannya, transformasikan jawaban-jawaban itu dalam bentuk yang lebih nyata di masa sekarang dan masa depan. Jadikan itu sebagai energi positif dalam diri. Tanamkan pada diri kuat-kuat dengan menyesuaikan potensi diri kita, misalnya: "Mulai saat ini, detik ini aku akan belajar dengan giat agar aku bisa kuliah di UI" atau "Selama setahun ke depan insyaallah aku bisa menerbitkan setidaknya 1 buku". Kenali potensi diri dan langsung beraksi, itu intinya. Lakukan dengan konsisten. Jadilah air yang kelihatannya tenang, namun ternyata sebenarnya diam-diam menghanyutkan. ;)
Kita gak perlu tahu apa kekurangan orang yang pernah memperlakukan kita dengan kurang baik apalagi kehidupannya setelah mengecewakan kita. Kita gak perlu tahu. Biarin aja. Lagipula kalau tahu, terus kenapa dan peduli apa kita? Mendingan mengenali kekurangan diri sendiri daripada orang lain dengan cara introspeksi, kenali diri dan langsung beraksi. Jadi tak perlu sumpah serapah, apalagi mengancam :)
Orang yang pernah memperlakukan kita kurang baik mungkin gak secara langsung mengerti rasanya bagaimana perlakuan buruk yang pernah ia lakukan. Namun yang terpenting adalah kita sudah menyampaikan "pesan kebaikan" kepadanya dengan cara yang ia tidak duga lewat karya-karya yang kita hasilkan, terlepas dia mau mengaplikasikan pesan kebaikan itu atau tidak. Isi pesannya itu apa, itu terserah kita selaku penyampai pesan. Isi pesannya misalnya, "Hidupku bukan di tanganmu. Perilakumu tak menghentikan produktivitasku.".
Kenapa mesti main cakep? Ingat kan bahwa kita mesti percaya akan 2 hal: Tuhan emang gak pernah tidur dan waktu juga gak pernah bohong. Nah, di saat itulah kita kudu main cakep :))))))
21 April 2015
*ditulis dari hati nurani terdalam*
Comments
Post a Comment