Menurut saya, kunci utama untuk melakukan ekspansi budaya sekaligus menguasai pangsa ekonomi (baca: menjajah) di negara lain adalah dengan mengembangkan dan menguatkan industri kreatif terlebih dahulu. Dari 14 subsektor industri kreatif berdasarkan Perpres No. 8 Tahun 2008 (periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video/ film/ animasi/ fotografi, game, musik, seni pertunjukan, penerbitan/percetakan, software, televisi/ radio, dan riset & pengembangan), film/animasi/televisi memegang peranan utama.
Dari sekian banyaknya negara, India, Jepang dan Korea Selatan adalah contoh dari negara-negara yang cerdas dalam "menaklukkan" suatu negara, bahkan Indonesia lewat industri kreatif. Setelah berhasil membangun industri kreatif dan dapat diterima oleh bangsa lain, tanpa kita sadari kita memberikan izin bagi mereka untuk menguasai pangsa ekonomi. Di saat itulah berbagai produk mereka dapat masuk dan diperjualkan di negara orang. Sembari menyelam, minum air. Budaya mereka terkenal, devisa untuk negara mereka pun bertambah.
Lihat saja ada berapa banyak restoran atau bahkan rumah makan yang menyediakan makanan Jepang sebagai menu utama? Berapa banyak pula produk-produk Jepang yang diperjualkan di Indonesia, mulai dari Toyota, Mitsubishi, Honda dan sebagainya? Berapa banyak pembelajar bahasa Jepang dan komunitas pecinta Jepang di Indonesia? Berapa banyak komik buatan Jepang yang diterbitkan di Indonesia? Tak lain tak bukan hal itu disebabkan karena Jepang berhasil mendirikan industri kreatif yang kuat, khususnya film dan animasi sehingga suka tak suka ketika kita "menerimanya" kita telah mengizinkan mereka untuk ambil bagian dalam roda ekonomi dan budaya kita. Begitu pun dengan Korea Selatan.
Bagaimana dengan India? Dulu India tidak terkenal dalam motornya. Namun belakangan ini sejak India kembali "mewabah" sejak eranya Mahabarata di ANTV, lihat saja TV. Beberapa kali bajaj selaku motor asli India diiklankan di TV dengan Shaheer Shekh sebagai bintang iklannya. Meski produk-produk India tidak semasif Jepang atau Korea dan pembelajar Bahasa India juga minim, namun itu menjadi bukti bahwa industri kreatif adalah "gerbang" suatu negara "menguasai" negara lain.
Ekspansi budaya dan penguasaan ekonomi ini biasanya dimulai dari film/animasi/sinetron, berlanjut ke musik, terciptanya sebuah komunitas pecinta budaya tersebut dan akhirnya masuknya produk-produk tersebut.
Industri kreatif tentu bukan satu-satunya aspek dalam pelebaran budaya dan penguasaan ekonomi, namun ia memegang peranan sentral dan bahkan melakukan perannya secara sekaligus. Itu artinya, jika Indonesia ingin melebarkan ekspansi budaya ke negara, Indonesia harus kuat dari segi "sinetron" dan perfilman. Sayangnya, "sinetron" saja masih banyak yang belum "bener", jadi bagaimana mau "menjajah" negara lain?
Comments
Post a Comment