Lomba blog? Saya sudah beberapa kali mengikutinya.
Di antaranya adalah kompetiblog 2012, Lomba blog blibli.com 2013, Holland
Writing Competition 2015 hingga lomba blog HANavi 2016. Ya, enggak semuanya
menang sih. Hanya sedikit dari sekian banyaknya lomba blog yang saya ikuti yang
telah meraih keberhasilan. Namun seenggaknya saya sering ikutan lomba blog.
Tapi
kalau ikut lomba live blog? Saya
justru baru pertama kali ikut melalui HANJABA alias Hari Anak Jakarta Membaca 2016!
Apa
tuh lomba live blog? Berbeda dengan lomba blog biasa yang syarat dan
ketentuannya penulis boleh memosting dan mengirimkan dari mana saja yang
penting sebelum tenggat waktu, inti dari live blog adalah menulis konten blog
dengan teknis langsung di tempat penyelenggaraan lomba dengan waktu yang lebih
terbatas. Sama-sama lomba blog sih, cuman beda teknis saja. Yang satu enggak di
tempat dan waktunya lebih lama, yang satunya lagi langsung di tempat dan
waktunya lebih terbatas. Perbedaan syarat tersebut membuat lomba blog di
HANJABA 2016 sebagai satu-satunya dan pertama kalinya saya ikut lomba live
blog.
Saya
sebenarnya tidak tahu kalau ternyata BPAD (Badan Perpustakaan Arsip Daerah)
Perpustakaan DKI Jakarta mengadakan kegiatan lomba blog pada tahun ini sebelum
Hasna, teman saya di Banten Mengajar menginformasikannya kepada saya melalui
whatsapp. Hasna yang punya teman berupa
panitia HANJABA 2016 bernama Novi segera menghubungkan antara saya dengannya.
Segeralah setelah itu saya mendapatkan informasi lebih lengkap soal HANJABA.
Tanpa pikir panjang, saya memutuskan untuk mengikutinya meski belum tahu apa
yang harus dan akan saya bahas di sana. Apalagi total hadiahnya fantastis, 50
juta! Gimana enggak ngiler coba?
Hanjaba
sendiri sebenarnya telah diadakan selama beberapa tahun. Khusus untuk 2016, ada
beberapa lomba yang diadakan. Selain lomba blog untuk mahasiswa dan umum, ada
juga lomba menulis resensi untuk anak SMA, membuat komik untuk anak SMP,
mewarnai untuk anak SD dan 1 lomba bebas oleh masing-masing kotamadya. Untuk
lomba hanjaba 2016 tahun ini adalah lomba marching band untuk anak TK.
Yang menarik, HANJABA dilaksanakan
pada dua tingkatan. Ada tingkat kotamadya atau kabupaten dan juga ada tingkat provinsi.
Jadi pertama-tama hanjaba dilaksanakan di masing-masing kotamadya di Jakarta
dan 1 kabupaten (kotamadya Jakarta Barat, Timur, Selatan, Utara, Pusat dan
Kepulauan Seribu). Barulah setelah didapati masing-masing pemenang pada
masing-masing wilayah, para pemenang akan diadu lagi untuk menentukan siapa
para pemenang hanjaba di tingkat provinsi.
Berhubung
hanjaba bisa diikuti dari usia TK sampai 30 tahun, tiba-tiba saya teringat Devi,
sepupu saya yang masih berusia 9 tahun dan masih kelas 4 SD. Seketika saya
berpikir, bagaimana jika saya daftarkan dia untuk ikutan lomba mewarnai? Kalah-menang
soal belakangan, yang penting saya ingin si Devi dapat pengalaman dan saya
berharap itu akan berguna untuknya suatu hari nanti. Setelah bilang ke ibunya dan
ke Devi, akhirnya saya pun mendaftarkan ia bersama saya ke panitia hanjaba
melalui Novi. Pendaftaran dilakukan melalui e-mail dengan mengisi biodata dan
mengirimkan foto KTP/KK. Sebenarnya Annisa, sepupu saya yang lain juga ingin
ikut lomba mewarnai. Namun berhubung orang tuanya kurang mendukung dan males
nganterin anaknya ke walikota saat lomba, saya tidak jadi mendaftarkannya.
H-2 Lomba
Pada
setiap kompetisi yang tidak dilakukan secara online biasanya dilaksanakan
pertemuan teknis atau bahasa kerennya technical
meeting. Begitu pun dengan hanjaba. Technical
meeting dilaksanakan pada H-3 lomba
alias pada Rabu, 27 Juli 2016 pada pukul 13.00 WIB bertempat di Perpustakaan
Jakarta Barat lantai 3. Alhamdulillah berkat bantuan dari Fahri, kawan saya
yang baik hati dan google maps, saya jadi tahu kemana arah menuju Perpustakaan
Jakarta Barat dan bisa mencapai ke sana dengan naik sepeda motor.
Berangkat
dari rumah pada pukul 1 kurang, saya tiba di sana sekitar jam setengah dua.
Harusnya saya jalan ke sana bersama Devi, biar dia dapat pengalaman juga. Namun
berhubung si Devi masih bersekolah, maka jadilah saya yang berangkat sendiri ke
perpustakaan Jakbar. Setibanya di sana tak disangka ternyata saya bertemu
dengan Om Jun, seorang blogger berpengalaman yang telah saya kenal melalui
ajang Citizen Journalism Wika Green Camp awal 2016. Tak disangka ternyata ia
adalah salah satu juri pada ajang lomba blog yang akan saya ikuti.
Setelah
mengisi daftar hadir, mengambil cemilan dan menunggu sekitar setengah jam di
dalam ruangan, TM akhirnya dimulai pada pukul 14.00 WIB. TM dimulai dengan
berupa pengenalan soal hanjaba, perkenalan juri dan perkenalan peserta. Setelah
itu TM lomba menulis resensi untuk anak SMA dimulai dan kemudian dilanjutkan
dengan TM lomba blog. Pada saat TM lomba blog para juri yang berjumlah 3-4
orang blogger hebat menjelaskan dengan detil tentang bagaimana teknis dan
ketentuan lomba menulis konten blog. Siapapun yang merasa kurang jelas bisa
mengajukan pertanyaan. TM akhirnya berakhir pada sekitar jam tiga sore. Setelah
itu, semua peserta meninggalkan ruangan dan pulang ke rumahnya masing-masing.
Saatnya
Lomba!
Selisih
2 hari dari antara TM (27 Juli) dan pelaksanaan lomba (29 Juli) membuat saya
harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mencari bahan dan riset.
Setidaknya saya tahu gambaran tentang tulisan saya sendiri. Browsing dan
mencari sudut pandang adalah hal yang saya lakukan. Selain itu selisih 2 hari
itu juga membuat saya harus membuat Devi bisa memanfaatkan waktunya untuk belajar
dan latihan mewarnai. Berhubung Devi masih kecil dan belum pernah ikut lomba
mewarnai apalagi setingkat kotamadya sebelumnya, saya berusaha untuk
mengajarkan dan mengingatkannya pada H-1 lomba. Saya ajarkan ia cara melakukan
gradasi dan ingatkan kepada dia tentang apa-apa saja yang harus dilakukan dan
tidak boleh dilakukan, seperti tidak boleh keluar garis, tidak usah terlalu
terburu-buru dan sebagainya. Alhamdulillah, meski hanya sehari, Devi mengerti.
Jumat, 29 Juli 2016. Akhirnya
waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Inilah waktu pelaksanaan lomba. Saya dan Devi
tiba di walikota Jakarta Barat, tepatnya ruang Ali Sadikin sekitar pukul 08.30
setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih setengah jam. Setibanya di
dalam sana kami mendapati ternyata ruangan telah dipenuhi oleh para peserta
yang mayoritasnya merupakan anak-anak sekolah, terutama anak SD. Hal yang
pertama saya lakukan adalah mendaftarkan Devi di meja registrasi, memastikan
bahwa ia dapat cemilan dan name tag
sebagai tanda peserta. Sayang, Devi tidak bisa memakai kaos yang didapatkannya
karena terlalu kecil. Panitia mencetak kaos dalam ukuran anak TK lebih banyak.
S
Comments
Post a Comment