Citra saat membacakan puisi tentang rokok (dok. facebook Citra Demi Karina) |
Don’t
look a book by its cover.
Itulah kata pepatah. Citra Demi Karina
boleh saja berbadan kecil. Usianya pun belum ada seperempat abad, 23 tahun. Namun
siapa sangka di balik usianya yang masih muda, perempuan ini aktif sekali dalam
pengendalian tembakau?
Tidak banyak anak muda yang terjun di
bidang ini namun Citra justru anti
mainstream. Saat banyak anak muda cuek bebek dalam menanggapi masalah
tembakau di Indonesia, ia justru melawan arus. Di tengah-tengah kesibukannya
sebagai mahasiswi pendidikan matematika sebuah universitas di Jakarta, ia aktif
di Gerakan Muda FCTC (Framework Convention on Tobacco Control)
dalam menyuarakan pengendalian tembakau sejak 2015. Kepeduliannya terhadap generasi
muda menjadi kunci mengapa ia mendalami bidang ini.
Berbagai kegiatan terkait pengendalian
tembakau telah dilakukannya, bahkan sejak SD. Saat kelas 5 SD, ia pernah
menjadi juara 2 lomba penyuluhan dokter kecil tingkat Kecamatan Kembangan. Yang
menarik, tema yang diangkat dalam penyuluhannya adalah tentang dampak bahaya
rokok.
Beranjak dewasa, aksinya semakin matang.
Pada 2015 ia pernah menulis surat untuk Ahok yang berisi tentang harapan RPTRA
(Ruang Pelayanan Terpadu Ramah Anak) Jakarta terbebas dari keterlibatan
perusahaan rokok dan dimuat di Republika dan Pos Kota. Ia juga menjadi
pembicara dalam workshop ngobrol lintas generasi sebagai aktivis muda
pengendalian tembakau yang diselenggarakan oleh Lentera Anak pada April 2016.
Puncaknya, ia berhasil terpilih sebagai 1
dari 20 pembaharu muda FCTC, menyisihkan 180 orang dari seluruh Indonesia pada
2016. Terpilihnya sebagai pembaharu muda membuat ia mendapatkan tugas untuk
melakukan aksi kreatif di Jakarta terkait pengendalian tembakau dan aksi
nasional berupa surat untuk presiden.
Penyuluhan bahaya rokok dan aksi surat untuk presiden di SDN Bojong 03, Tenjo, Bogor (dok. pribadi). |
Akhirnya dari April hingga Mei, ia
berhasil melakukan penyuluhan dampak bahaya rokok sembari mengumpulkan 1.092
buah surat untuk presiden dari 3 SD, 3 SMP dan 4 RPTRA di Jakarta dan 1 SD di
Desa Bojong, Tenjo, Bogor. Berisi tentang harapan kepada presiden untuk
melindungi anak-anak dari serbuan asap rokok, surat-surat ini nantinya
dikumpulkan dengan surat-surat lainnya dari berbagai daerah di Indonesia untuk
kemudian diberikan kepada Jokowi. Harapannya Jokowi mau menandatangani FCTC,
sebuah perjanjian internasional tentang pengendalian tembakau agar generasi
muda terlindung dari asap rokok.
Yang membanggakan, prestasi Citra tidak
hanya berkisar dunia tembakau saja, melainkan juga di luar itu. Ia pernah
menjabat sebagai bendahara Forum Anak DKI Jakarta 2011-2013. Ia juga dipercaya
menjadi delegasi provinsi untuk Forum Anak Nasional 2011 dan delegasi provinsi
untuk Kongres Anak Indonesia 2012.
Selain itu banyak hal yang perlu
diteladani darinya. Salah satunya adalah mandiri. Sejak 2010 hingga sekarang ia
telah mampu membayar biaya sekolah dan kuliahnya dari jerih payahnya sendiri
sebagai instruktur muda pramuka di SD.
Citra menjadi bukti bahwa inspirasi bisa
datang darimana saja, termasuk dari mereka yang berjuang melindungi generasi
muda dari asap rokok. Perjalanannya mewujudkan anak-anak Indonesia terlindungi
dari asap rokok masih panjang. Butuh banyak tangan karena ia tak bisa
melakukannya sendiri. Namun ia percaya proses akan mewujudkannya. Tidak ada
resep khusus kenapa ia bisa melangkah sejauh ini kecuali ibu yang selalu
mendukungnya. Ternyata kata-kata sang ibu, “Kamu
harus bisa menjadi pemutus segala yang buruk di keluarga kita. Salah satunya
kepayahan dalam pendidikan” menjadi penguat dirinya.
Comments
Post a Comment