Tulang adalah
elemen penting dari tubuh. Ia ibarat tiang bagi sebuah rumah. Jika tiangnya
tidak kuat, maka sebuah rumah bisa ambruk. Begitu pun jika tulang tidak kuat,
tubuh juga bisa hancur. Siapa sih di antara kita yang mau tulangnya keropos dan
jalan dengan cara membungkuk? Saya yakin tidak ada yang menginginkannya. Tulang
sehat dan kuat adalah idaman bagi semua orang.
Mengingat
pentingnya kesehatan tulang bagi diri kita, untuk itulah Kementerian Kesehatan
RI menyelenggarakan dialog interaktif kesehatan tentang tulang dalam rangka
hari osteoporosis dunia. Hari osteoporosis dunia jatuh pada 20 Oktober setiap
tahunnya namun seminar ini baru diselenggarakan pada Kamis, 27 Oktober 2016.
Kegiatan ini diadakan di Ruang Siwabesi, Kementerian Kesehatan RI dan dihadiri
oleh ratusan peserta dari Jakarta dan sekitarnya. Mayoritas adalah ibu rumah
tangga.
Dibagi menjadi dua sesi, seminar ini menghadirkan para narasumber kece yang mayoritas merupakan tenaga kesehatan. Pada sesi pertama topik talkshow yang disampaikan adalah mengenai upaya pencegahan/deteksi dini faktor risiko osteoporosis. Yang menarik, dalam sesi ini bagaimana mencegah tulang keropos dipaparkan melalui tiga sudut pandang berbeda; Kemenkes (drg. Diah), profesi (ketua Perosi, dr. Tanya) dan komunitas (ketua Perwatusi, Anita Errol). Kemudian pada sesi kedua topik pembahasannya adalah tentang upaya investasi tulang sehat untuk masa depan. Pembicara pada sesi kedua adalah dr. Tanya Rotikan, dr. Fiastuti dan dr. Ida kemudian dilanjutkan dengan testimoni dari seorang pejuang osteoporosis.
Sesi pertama dialog interaktif. (dok. pribadi) |
Sebagai orang
yang awam dalam bidang kesehatan terutama tulang, saya bersyukur dapat menjadi
bagian dari acara ini. Dalam seminar ini banyak informasi dan pengetahuan
tentang kesehatan tulang yang baru saya ketahui sama sekali.
Salah satunya
adalah tentang informasi bahwa osteoporosis adalah silence disease alias
penyakit diam. Osteoporosis disebut penyakit diam karena dia datang tanpa
gejala. Dia tidak memberitahu kapan datangnya. Namun tahu-tahu, datang begitu
saja.
Lebih lanjut
tentang osteoporosis, ternyata berdasarkan realita, wanita cenderung lebih
rentan terkena osteoporosis ketimbang pria. Perbandingannya adalah 1:3 untuk
wanita sedangkan 1:5 untuk pria. Ternyata bukan tanpa sebab kenapa wanita lebih
rentan. Sebelum menemukan jawabannya, ada baiknya kita mengenal pembagian
osteoporosis terlebih dahulu.
Osteoporosis
dibagi menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Osteoporosis primer sendiri
dibagi lagi menjadi dua, yakni karena penuaan dan menopause. Nah, karena wanita
itu akan mengalami menopause dan juga mengalami penuaan, maka itulah sebabnya
tingkat terjadinya osteoporosis pada wanita lebih besar ketimbang pria.
Masih tentang
osteoporosis. Jika osteoporosis primer lebih disebabkan karena faktor usia,
maka osteoporosis sekunder disebabkan karena faktor gaya hidup dan faktor
risiko lain. Misalnya adalah minum alkohol.
Di samping itu
beberapa hal seperti diet ekstrim rendah protein, konsumsi garam berlebih,
kebiasaan minum soda, hidup sedentary dan kurangnya paparan sinar
matahari juga menjadi penyebab seseorang bisa mengalami osteoporosis. Itu
artinya, suka tidak suka, osteoporosis bisa mengancam siapa saja, termasuk saya
atau kamu yang sedang membaca postingan blog ini. Intinya, siapapun yang tidak
menjaga gaya hidup dengan baik berpotensi terkena penyakit ini.
Bisa Dilawan
Meski
osteoporosis menghantui pria dan wanita, kita tidak perlu khawatir. Menurut
Perwatusi (Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia) dalam dialog interaktif
tentang kesehatan tulang (27/10), osteoporosis itu bisa dicegah dan dilawan.
Tinggal bagaimana kita mau melakukannya atau tidak.
Salah satunya
adalah dengan memerhatikan nutrien. Terdapat dua nutrien penting bagi tulang,
yakni kalsium dan vitamin D.
Vitamin D
sendiri ada yang berbayar dan ada pula yang gratis. Yang berbayar terdapat pada
minyak ikan. Kita harus mengeluarkan kocek lebih untuk dapat membelinya. Tak
usah khawatir, Vitamin D juga ada yang Rp 0 yang sebenarnya terdapat di dalam
tubuh kita. Namun vitamin itu akan aktif di tubuh jika terkena paparan sinar
matahari. Mirisnya, sebagai orang yang tinggal di negara tropis dimana sinar
matahari bukanlah barang langka, tidak sedikit dari kita yang takut terkena
sinar matahari. Alasannya, takut hitam. Padahal sinar matahari itu penting
untuk mengaktifkan vitamin D yang sangat berperan penting bagi kesehatan
tulang. Oleh karenanya, disarankan untuk berjemur setidaknya minimal 30 hari di
bawah paparan sinar matahari.
Jika vitamin D lebih mudah ditemukan melalui paparan sinar matahari, kalsium justru banyak terdapat pada berbagai makanan dan sayur-sayuran hijau. Namun perlu diketahui bahwa tiap makanan memiliki kadar kalsium berbeda-beda.
Sudah makanan berkalsium tinggikah Anda hari ini? (dok. saransehat.com) |
Telur, ikan teri
kering tawar, ikan teri nasi tawar, tahu dan sarden adalah beberapa contoh
makanan yang mengandung kalsium. Nah, di antara kesemuanya, ternyata ikan teri
kering tawar-lah peringkat pertama sebagai makanan dengan tingkat kalsium
tinggi. Jumlah kalsium yang terkandung di dalamnya adalah sebanyak 2.381 mg.
Bandingkan dengan kandungan kalsium pada telur yang hanya sebesar 27 mg/50
gram.
Untuk kategori
susu pun sama. Tiap jenis olahan susu mengandung jumlah kalsium berbeda-beda.
Nah, susu terbaik untuk meningkatkan kadar kalsium ternyata diperoleh dari susu
kambing dengan kandungan kalsium sebanyak 380 mg. Kemudian disusul oleh susu
skim dengan kalsium sebanyak 244 mg, susu rendah lemak sebanyak 240 mg dan susu
full cream sebanyak 236 mg. Susu dengan tingkat kalsium paling rendah
justru terdapat pada susu kedelai dengan kandungan sebesar 26 mg.
Meski setiap
orang butuh kalsium untuk memberi makan pada tulang-tulangnya, tidak berarti
bahwa kebutuhan kalsium tiap orang Indonesia itu sama. Ternyata usia menentukan
kebutuhan kalsium seseorang. Dari dialog interaktif (27/10) saya mendapatkan
rincian sebagai berikut:
Usia 0-6 bulan =
210 mg/hari.
usia 7-12 bulan
= 270 mg/hari
Usia 1-3 tahun =
500 mg/hari
Usia 4-8 tahun =
800 mg/hari
Usia 9-18 tahun
= 1.300 mg/hari
Usia 19-50 tahun
= 1.000 mg/hari
Usia di atas 50
tahun = 1.200 mg/hari
Asupan makanan
dan paparan sinar matahari adalah solusi dalam mencegah dan mengatasi osteoporosis.
Namun itu bukan satu-satunya. Kita juga perlu merawat tulang kita dengan cara
berolahraga.
Ada senam
osteoporosis sebagai solusinya. Namun jika kita belum bisa melakukannya, tidak
perlu khawatir. Cukup berjalan kaki selama 30 menit dalam sehari juga merupakan
upaya preventif dalam merawat tulang-tulang kita. Itu adalah cara termudah dan
termurah dalam menanamkan investasi tulang kepada diri sendiri.
Osteoporosis
bukan penyakit sepele. Saking seriusnya, penyakit ini bahkan diproyeksikan
meningkat 240% di Indonesia pada 2050. Kita tentu tidak ingin itu terjadi pada
kita, anak-anak dan cucu-cucu kita bukan?
Oleh karenanya
penting bagi kita memerhatikan kesehatan tulang dengan cara-cara sederhana
seperti yang disebutkan di atas. Pemberian edukasi oleh orang tua kepada
anak-anaknya tentang gaya hidup sehat juga menjadi catatan utama. Kelak
populasi penderita osteoporosis dapat diminimalisir sebanyak mungkin sehingga
banyak orang memiliki tulang sehat dan kuat. Bersama Kemenkes, yuk sayangi
tulang untuk masa depan kita!
Wah..ternyata kita masih kurang "aware" dengan kesehatan tulang kita..terima kasih ya Noval untuk ulasannya mengenai osteoporosis, sangat bermanfaat.. ^0^
ReplyDeleteYuk kita lawan osteoporosis sejak dini! :)
Deleteyes , sayangi tulang ya tersa saat usia sudah lanjut
ReplyDeletePastinya doong
Delete