Sendirian di hutan gelap. Bisa bayangin? (dok. http://pottrack.weebly.com/blog/category/plastic%20waste) |
Bayangkan dalam suatu malam kamu tersesat di sebuah hutan. Sunyi. Seorang diri. Hanya bertemankan gelap. Di saat itu kamu merintih kesakitan. Kepala bagian kananmu sakit, bahumu bahkan sekujur badanmu terasa memar dan perih. Kamu ingin meminta pertolongan. Namun kepada siapa? Kamu tak tahu arah. Maka kamu melakukan apa yang kamu bisa lakukan: berlari sekuat tenaga menjauhi tempat kamu berada sekarang.
Berkat kegigihanmu, kamu berhasil keluar dari hutan mencekam. Kamu kira kamu telah aman dan hidup dengan tenang. Namun sial, ternyata penderitaanmu belum berakhir. Justru inilah awal mulanya. Kamu mengalami lupa ingatan. Jangankan tentang apa yang terjadi padamu hingga tersesat ke dalam hutan, kamu pun bahkan lupa dengan siapa dirimu sendiri! Seketika kamu diselimuti oleh rasa ketakutan. Bisakah kamu menguak misteri ini?
Itulah ironi yang dialami oleh Rachel Saunders. Hidupnya semula berjalan lancar. Ia menjalani rutinitasnya sebagai wanita karier seperti biasa. Hingga suatu peristiwa terjadi, semuanya berubah. Beragam tanya berputar-putar di otaknya: Kenapa peristiwa ini terjadi padanya? Kenapa ia bisa tersesat di dalam hutan? Kenapa ia amnesia dan apa pula penyebabnya?
Untuk mengupas ini semua mustahil jika ia melakukannya
sendiri. Syukurlah, Jonathan Lauder, pria yang disayanginya terus berada di
sampingnya. Di sela-sela kesibukannya, Jon rela terbang dari Inggris menuju
Skotlandia mencari Rachel setelah kehilangan kontak dengannya selama 10 hari.
Kemudian begitu tahu Rachel mengalami amnesia, Jon menemani dan membantu Rachel
untuk memecahkan misteri yang terjadi. Caranya? Dengan membuka "kenangan
gelap" di masa lalu Rachel satu per satu. Mereka menghampiri satu
per satu orang yang sempat berinteraksi dengan Rachel dalam beberapa hari
terakhir dan mengunjungi tempat-tempat yang Rachel kunjungi sebelum amnesia.
Dengan begitu, kepingan demi kepingan puzzle akan tersusun dengan rapi sehingga
mereka berdua akan tahu apa yang terjadi di balik ini semua.
Pelan tapi pasti usaha mereka
berhasil. Usut punya usut, ternyata kematian Jenny Dougal, sahabat baik Rachel
menjadi benang merah dari teka-teki ini. Faktanya, Rachel menghilang setelah
datang ke pemakaman Jenny! Di titik inilah petualangan akan pencarian
kepingan-kepingan misteri dimulai. Kenangan pun harus dikuak demi mendapatkan
secercah titik terang.
Semakin seru penyingkapan kenangan masa lalu yang mereka lakukan karena ini tak hanya berkaitan dengan kematian Jenny Dougal yang sebenarnya diragukan oleh Rachel (Rachel percaya bahwa Jenny masih hidup, entah dimana ia berada), namun juga berhubungan dengan monster bersayap dan berkepala serigala yang suka mampir dalam pikirannya dan kejadian yang dialami Rachel saat berusia 17 tahun. Nyatanya, sebelum menghilang, Rachel sempat menggambar makhluk mengerikan itu di tempat penginapan. Namun amnesia yang dialami Rachel membuat Rachel dan Jon kehilangan jejak. Pertanyaannya, mengapa si Rachel menggambar monster itu? Benarkah si monster bersayap dan berkepala serigala punya keterlibatan dalam kasus ini? Apa kaitannya pula kejadian yamg dialami Rachel saat 17 tahun dengan kejadian hari ini?
Bagaimana lika-liku perjalanan Rachel dan Jon dalam menguak masa lalu Rachel terangkum dalam novel Dark Memory. Diterbitkan oleh Bhuana Sastra, lini dari Bhuana Ilmu Populer pada akhir 2016, novel bergenre misteri ini bercerita tentang pencarian dan bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik, seperti yang diungkapkan Jack Lance, sang penulis dalam peluncuran Dark Memory di Gramedia Central Park, Jakarta pada Rabu, 28 Desember 2016. Dengan sampul berwarna hitam dan dua mata merah menatap tajam di bagian tengah, novel dengan 340 halaman ini seakan berbicara kepada siapa saja yang melihatnya, "Are you brave? You are invited to get in this book!"
Semakin seru penyingkapan kenangan masa lalu yang mereka lakukan karena ini tak hanya berkaitan dengan kematian Jenny Dougal yang sebenarnya diragukan oleh Rachel (Rachel percaya bahwa Jenny masih hidup, entah dimana ia berada), namun juga berhubungan dengan monster bersayap dan berkepala serigala yang suka mampir dalam pikirannya dan kejadian yang dialami Rachel saat berusia 17 tahun. Nyatanya, sebelum menghilang, Rachel sempat menggambar makhluk mengerikan itu di tempat penginapan. Namun amnesia yang dialami Rachel membuat Rachel dan Jon kehilangan jejak. Pertanyaannya, mengapa si Rachel menggambar monster itu? Benarkah si monster bersayap dan berkepala serigala punya keterlibatan dalam kasus ini? Apa kaitannya pula kejadian yamg dialami Rachel saat 17 tahun dengan kejadian hari ini?
Bagaimana lika-liku perjalanan Rachel dan Jon dalam menguak masa lalu Rachel terangkum dalam novel Dark Memory. Diterbitkan oleh Bhuana Sastra, lini dari Bhuana Ilmu Populer pada akhir 2016, novel bergenre misteri ini bercerita tentang pencarian dan bagaimana menjadi pribadi yang lebih baik, seperti yang diungkapkan Jack Lance, sang penulis dalam peluncuran Dark Memory di Gramedia Central Park, Jakarta pada Rabu, 28 Desember 2016. Dengan sampul berwarna hitam dan dua mata merah menatap tajam di bagian tengah, novel dengan 340 halaman ini seakan berbicara kepada siapa saja yang melihatnya, "Are you brave? You are invited to get in this book!"
Sampulnya aja udah serem, gimana isinya ya? (dok. bukalapak) |
Sinopsis Dark Memory karya Jack Lance (dok. pribadi) |
Berbicara
tentang novel misteri, jujur saya belum pernah membaca novel misteri selain
karya R.L. Stine. Novel karya R.L. Stine penuh dengan suspens dan alur yang tak
mudah ditebak. Yang terpenting, membuat bulu kuduk berdiri! Saya menyukainya
sampai-sampai saya mengoleksi beberapa novel beliau.
Jack Lance alias bernama asli Ron Puyn, meski sama-sama menggiati novel misteri seperti R.L. Stine dan novel Dark Memory berstatus sebagai novel best seller, saya belum pernah membaca karyanya sehingga saya belum tahu bagaimana dan seperti apa kualitas Jack Lance. Namun adanya acara peluncuran Dark Memory dan booksigning pada akhir Desember lalu menambah perbendaharaan novel misteri saya.
Tak perlu waktu lama untuk menilai buku ini. Begitu membacanya, WAW! Saya takjub. Buku ini luar biasa. Ternyata membaca dark memory itu candu seperti makan tahu bulet yang digoreng dadakan. Makan 1 tahu bulet tidak akan cukup, kita pasti akan minta untuk menambah lagi. Begitu pun dengan novel ini.
Suasana peluncuran novel Dark Memory versi Bahasa Indonesia. Penulisnya datang langsung dari Belanda loh! (dok. pribadi) |
Baru buka halaman-halaman awal, saya dibuat ketagihan
untuk membaca paragraf demi paragraf dan mengebet halaman demi halaman
berikutnya hingga semuanya selesai dibaca dalam waktu 4 hari. Sangat jarang
saya menyelesaikan membaca novel dalam waktu kurang dari 5 hari, namun Dark
Memory membuat saya melakukan hal itu. Mau bagaimana lagi? Setiap halaman dalam
Dark Memory yang dibaca menyimpan kepingan puzzle sehingga membuat para
pembacanya untuk bertanya-tanya, "Habis ini apalagi ya?", "Habis
ini begini bukan ya?" Akibatnya, saya selaku pembaca penasaran untuk terus
membacanya hingga akhir.
Kenapa bisa begitu? Menurut saya, karena dark memory
memiliki kekuatan pada kata-kata dan plotnya. Siapa yang tidak akan tersihir
membaca halaman demi halaman jika awal pada buku saja sudah berbunyi seperti
ini, "Perempuan itu berlari di dalam hutan tanpa menengok ke belakang.
Matanya terbuka lebar; keringat bercucuran di pipinya; jantungnya berdentum. Ia
harus keluar dari sini, sejauh mungkin." ?
Di bagian ini saja saya sudah merasa masuk dalam cerita dengan beragam pertanyaan. Siapa yang dimaksud dengan perempuan itu? Kenapa dia berkeringat dan jantungnya berdentum? Apa pula yang terjadi padanya sehingga dia ingin keluar dari hutan sejauh mungkin? Pertanyaan-pertanyaan yang timbul membuat saya penasaran sehingga tak sabaran untuk mengikuti alur cerita yang disampaikan oleh penulis Belanda tersebut.
Itu baru bagian prolog di halaman 7. Sekarang mari kita beralih ke bagian awal bab pada halaman 9. Bagian itu bertuliskan, "Di manakah dia? Apa yang terjadi. Ia tidak bisa mengingat apa pun. Sama sekali. Apakah dirinya telah melintasi batas antara mimpi dan kenyataan? Apakah ia baru terbangun dari mimpi buruk? Di manakah ia?"
Di bagian ini saja saya sudah merasa masuk dalam cerita dengan beragam pertanyaan. Siapa yang dimaksud dengan perempuan itu? Kenapa dia berkeringat dan jantungnya berdentum? Apa pula yang terjadi padanya sehingga dia ingin keluar dari hutan sejauh mungkin? Pertanyaan-pertanyaan yang timbul membuat saya penasaran sehingga tak sabaran untuk mengikuti alur cerita yang disampaikan oleh penulis Belanda tersebut.
Itu baru bagian prolog di halaman 7. Sekarang mari kita beralih ke bagian awal bab pada halaman 9. Bagian itu bertuliskan, "Di manakah dia? Apa yang terjadi. Ia tidak bisa mengingat apa pun. Sama sekali. Apakah dirinya telah melintasi batas antara mimpi dan kenyataan? Apakah ia baru terbangun dari mimpi buruk? Di manakah ia?"
Book trailer Dark Memory (dok. Jack Lance)
Good job! Masih dalam tahap "perkenalan" cerita,
namun Jack Lance sudah mengajak kita untuk bertanya-tanya tentang kemungkinan
alur cerita berikutnya. Selain itu, ia juga mengajak kita untuk berperan
sebagai detektif, menebak-nebak siapa dalang di balik ini semua. Lester Cumming
adalah mantan Jenny yang kasar dan pemarah. Rachel sangat tidak menyukainya.
Mungkinkah ia pelakunya? Kepiawaian Jack Lance dalam mengaduk-aduk emosi
pembacanya untuk "gregetan" dengan pelaku misteri ini patut
mendapatkan apresiasi.
Sisi positif Dark Memory tidak hanya
karena ceritanya yang membuat candu tetapi juga alur ceritanya yang cepat namun
runut dan jelas, tidak bertele-tele. Saya tidak suka cerita dengan alur
yang lamban dan mudah ditebak karena bakal membosankan. Ada beberapa novel yang
belum saya selesaikan hingga akhir karena hal tersebut. Beruntung, Jack Lance
lewat Dark Memory tidak begitu.
Nah, cepatnya alur dibuktikan di
masing-masing bab kecil. Misalnya bab 1 bercerita tentang keadaan Rachel yang
tersesat di hutan, bab 2 langsung bercerita tentang Jonatan Lauder yang
kehilangan kontak dengan Rachel, bab 3 tentang usaha Rachel keluar dari hutan
dan seterusnya. Perlu diketahui, novel ini terdiri dari 3 bab besar, yakni Amnesia,
Kepala Serigala dan Di Dalam Sarang dan bab-bab kecil yang ditandai dengan
nomor 1-44. Bab-bab kecil ini terbagi-bagi dalam 3 bab besar.
Meski terkadang perpindahan dari
satu bab ke bab lain berbeda latar atau tokoh, namun cepatnya alur yang disajikan
tetap runut dan jelas. Hal itu membuat pembaca dapat paham secara keseluruhan
akan apa yang ditampilkan dalam novel.
Di samping itu, Jack Lance juga
sukses menyisipkan kejutan demi kejutan dalam alurnya. Misalnya, di awal saya
mengira tokoh si A yang menjadi tersangka. Namun semakin saya baca ke akhir,
ternyata tokoh B-lah pelakunya. Saya mengira cerita sudah selesai namun
ternyata masih ada kelanjutannya. Saya mengir ketegangan sudah selesai, namun
ternyata masih terjadi di halaman berikutnya. Kemahiran Jack Lance dalam
membuat suspens membuat saya terus menikmati setiap peristiwa demi peristiwa
yang terjadi dunia yang diciptakan olehnya.
Selfie bareng blogger-blogger muda + Dark Memory di Gramedia Central Park. Eh, kok tulisannya kebalik ya? :3 (dok. Linda Erlina) |
Ka-ki: saya - Alkalinda - Nugroho - Winda - Meidi. Selfie saat antre booksigning Dark Memory (dok. Linda Erlina) |
Di luar Jack Lance, saya merasa ada
andil besar dari sang penerjemah. Bagaimana pun, kesuksesan novel terjemahan
tidak terlepas dari peran penerjemah itu sendiri. Saya memiliki sebuah buku
terjemahan karya R.Lon Hubbard. Namun saya belum pernah membacanya hingga selesai
sampai sekarang karena faktor terjemahannya. Terjemahannya terlalu membuat saya
'pusing' sehingga saya malas menyelesaikannya. Nasib dari novel terjemahan juga
ditentukan dari kemampuan penerjemah itu sendiri.
Dalam hal ini, kemampuan Tika Sofyan sebagai penerjemah dalam mengalihbahasakan dari bahasa sumber ke bahasa Indonesia luar biasa. Tidak semua penerjemah mampu menginterpretasikan dan menerjemahkan suatu karya sastra dengan baik. Saya merasakannya karena jurusan kuliah saya Sastra Inggris dan pernah menerjemahkan karya sastra. Jadi saya tahu betapa harus pintarnya kita jika ingin menerjemahkan suatu karya. Misalnya pada kalimat, "I cut my finger". Kalau penerjemahnya tidak cerdas ia mungkin akan menerjemahkan secara literal ke dalam Bahasa Indonesia menjadi, "Saya memotong jari saya." Namun jika penerjemahnya cerdas, kalimat tersebut berarti "Jari saya terpotong". Dalam hal ini, bagi saya Tika Sofyan mampu membuktikan kemampuan menerjemahkannya dengan kualitas baik.
Salah satu terjemahan Tika dalam novel yang saya suka dan bahkan terngiang di otak adalah, "Sinar Matahari menari-nari" (tapi saya lupa ada di halaman berapa). Saya tidak tahu apa bahasa asli yang digunakan Jack Lance dalam menulis, namun bagi saya terjemahan itu sangat indah dan memiliki "rasa". Saya baru kali ini menemukan kalimat seperti itu. Contoh terjemahan lainnya yang saya sukai adalah adalah "Jon memandang kejauhan. Ranting-ranting pohon berayun; langit masih abu-abu pekat; hujan masih turun deras; "Masih berapa jauh lagi?" yang terletak pada halaman 273.
Dalam hal ini, kemampuan Tika Sofyan sebagai penerjemah dalam mengalihbahasakan dari bahasa sumber ke bahasa Indonesia luar biasa. Tidak semua penerjemah mampu menginterpretasikan dan menerjemahkan suatu karya sastra dengan baik. Saya merasakannya karena jurusan kuliah saya Sastra Inggris dan pernah menerjemahkan karya sastra. Jadi saya tahu betapa harus pintarnya kita jika ingin menerjemahkan suatu karya. Misalnya pada kalimat, "I cut my finger". Kalau penerjemahnya tidak cerdas ia mungkin akan menerjemahkan secara literal ke dalam Bahasa Indonesia menjadi, "Saya memotong jari saya." Namun jika penerjemahnya cerdas, kalimat tersebut berarti "Jari saya terpotong". Dalam hal ini, bagi saya Tika Sofyan mampu membuktikan kemampuan menerjemahkannya dengan kualitas baik.
Salah satu terjemahan Tika dalam novel yang saya suka dan bahkan terngiang di otak adalah, "Sinar Matahari menari-nari" (tapi saya lupa ada di halaman berapa). Saya tidak tahu apa bahasa asli yang digunakan Jack Lance dalam menulis, namun bagi saya terjemahan itu sangat indah dan memiliki "rasa". Saya baru kali ini menemukan kalimat seperti itu. Contoh terjemahan lainnya yang saya sukai adalah adalah "Jon memandang kejauhan. Ranting-ranting pohon berayun; langit masih abu-abu pekat; hujan masih turun deras; "Masih berapa jauh lagi?" yang terletak pada halaman 273.
Dark Memory edisi bahasa Indonesia, diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (dok. Instagram Bhuana Ilmu Populer) |
Dark Memory yang diterbitkan oleh BIP adalah novel
terjemahan. Namun kepiawaian sang penerjemah dalam melakukan alihbahasa membuat
saya tidak merasa membaca novel terjemahan. Saya merasa seakan-akan Jack Lance
menuliskan langsung ke dalam Bahasa Indonesia karena cerita yang disampaikan
begitu mengalir. Kata demi kata dan kalimat demi kalimat sangat mudah untuk dipahami.
Secara keseluruhan, terjemahan dalam novel ini sangat renyah. Sebagai
pengalihbahasa, Tika Sofyan sukses menyatukan pikiran dengan Jack Lance. Bravo!
Dark Memory kini menjadi salah satu novel misteri
favorit saya di samping novel-novel karya R.L. Stine. Meski begitu, tidak
berarti saya menyukai semua adegan dalam novel Dark Memory. Mungkin terkesan
subjektif, namun ada adegan yang saya kurang suka.
Adegan itu adalah adegan saat Jonathan Lauder dan
Rachel Saunders mandi bersama. Mungkin karena saya orang Asia yang memegang
adat ketimuran, adegan seperti itu membuat saya "geli" dan risih.
Entah kenapa saya masih lebih menerima adegan "bercinta" yang
dilakukan oleh Jon dan Rachel karena sudah biasa dalam literasi barat. Namun
untuk adegan mandi bersama (ada di halaman 106), entah kenapa saya agak merasa
risih. Di halaman lain (saya lupa) malah ada adegan Jon dan Rachel mandi
bersama kemudian Jon menggosokkan sabun ke bokong Rachel. Saya pikir
harus banget ya ada adegan itu? Saya rasa untuk mendeskripsikan
betapa mesra dan dekatnya mereka tanpa menuliskan adegan tersebut juga tidak
masalah.
Saya memaklumi karena Jack Lance adalah penulis yang
besar di negara barat dan mungkin hal-hal tersebut bukanlah hal tabu di
negaranya. Namun untuk meluaskan pasar ke Asia, menurut saya Jack Lance perlu
mempertimbangkan adegan-adegan apa saja yang sebaiknya ditulis atau tidak untuk
dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Terlepas itu semua, kualitas Jack Lance sebagai
penulis misteri tidak perlu diragukan lagi. Status sebagai penjualan terbaik
dalam skala internasional yang diterjemahkan ke dalam 13 bahasa dan
dipublikasikan di 25 negara menjadi buktinya. Saking bagusnya, Jack Lance juga
dijuluki sebagai Stephen King-nya Belanda oleh para pembaca novelnya.
Atas berbagai ulasan positif yang saya tulis di atas,
di momen tahun baru ini, saya rasa tak ada salahnya memasukkan novel ini
sebagai salah satu bucket list koleksi buku kamu, apalagi jika kamu
penggemar novel misteri. Dengan harga terjangkau sebesar Rp 60.000 dan
dapat mudah ditemukan di toko buku kesayangan, Dark Memory akan
mengajakmu liburan awal tahun ke dunia yang gelap bersama Rachel dan Jon. Tapi
ssst...novel ini hanya untuk orang pemberani. Kamukah orangnya?
*************************************************************************
INFORMASI BUKU
Judul : Dark Memory: Menyingkap Tabir Gelap Masa
Lalu
Penulis : Jack Lance alias Ron Puyn
Penulis : Jack Lance alias Ron Puyn
Terbit : 2016
Penerjemah : Tika Sofyan
Penerbit : Bhuana Sastra, lini dari Bhuana Ilmu
Populer
Jumlah hal. : 340 halaman
Harga : Rp 60.000
Setuju dengan blog reviewer buku satu ini. Saya pun tercengang sewaktu ada tutur kata seronok yang muncul di novel ini. Bagi orang Asia awam seperti saya yang menjunjung tinggi adat ketimuran rasanya amat syok apalagi jika dibaca oleh anak-anak atau remaja. Tapi secara keseluruhan saya menyukai jalan cerita dan genre yang Jack Lance tulis. Saya menikmati benar tiap ilustrasi kalimat yang ia buat. Benar-benar tenggelam dalam karakter yang ditulisnya.
ReplyDeleteTerima kasih udah mampir :)
DeleteHalo,
ReplyDeleteTerima kasih banyak ya apresiasinya :)