(dok. theblogstarter.com) |
Generasi millennial telah tiba. Itu artinya, banyak
hal serba digital, termasuk dalam hal menulis. Menulis kini tak lagi identik
dengan buku harian atau buku catatan. Menulis juga tak lagi monopoli jurnalis
atau kaum akademisi. Kini siapapun tanpa peduli latar belakang apapun bisa dan
punya hak untuk mengekspresikan dirinya dengan menulis berbagai opini, perasaan
hingga pengalaman yang dirasakannya ke dalam sebuah platform digital bernama
blog. Platform itu bisa berdiri sendiri seperti blog pribadi (seperti
wordpress, blogspot dan tumblr), bisa pula tergabung dalam satu wadah komunitas
seperti kompasiana. Asyiknya, tidak hanya tulisan saja, namun lewat blog juga
bisa ditampilkan berbagai foto, video atau tampilan visual dan audio lainnya
yang mendukung.
Apa itu blog dan apa itu blogger? Beberapa tahun
yang lalu istilah itu mungkin terdengar asing di Indonesia. Namun tidak dengan
sekarang. Satu per satu blog dan blogger bertumbuhan, apalagi sejak era Raditya
Dika. Akibatnya, istilah tersebut makin dikenal di masyarakat dan sudah banyak
orang yang akrab dengannya. Kabar baik!
Sadarkah kita? Blog tidak hanya sekadar tulisan yang
dapat dilihat di internet, melainkan memiliki peranan penting dalam kehidupan.
Peran paling dasar dari blog itu sendiri adalah sebagai agen informasi.
Pernahkah ketika kamu butuh suatu informasi, kamu
mencarinya di mbah google kemudian kamu diantarkan pada sebuah tulisan blog?
Tentang apa saja. Entah itu seputar kesehatan, olah raga, fashion, kuliner
bahkan hiburan. Lalu ketika kamu membaca tulisan di blog tersebut kamu
merasa senang. Ternyata blog tersebut menjawab informasi yang kamu cari.
Aha! Ini dia yang kamu butuhkan!
Lewat tulisan di blog, para blogger bisa memberikan
informasi yang mereka ketahui kepada orang lain tanpa harus menjadi jurnalis.
Misalnya, seorang lulusan farmasi berbagi tentang
tips membuat obat tradisional untuk mengobati suatu penyakit di blognya. Atau
seorang pelajar yang menulis tentang cara membuat daur ulang dari kertas. Atau
seorang anggota komunitas kesehatan yang berbagi tips tentang caranya melakukan
penyelamatan darurat pada korban henti jantung bagi orang awam. Atau lain
sebagainya.
Kelihatannya sepele, ya? Eits, tapi jangan anggap
remeh! Blogger tidak pernah tahu, dari postingan blognya yang mana yang akan
sangat berarti bagi orang lain.
Bukan tidak mungkin seseorang yang seharusnya
berpenyakit lebih parah bisa terselamatkan berkat mengaplikasikan ‘informasi’
yang didapatkan dari tulisan blog seorang lulusan farmasi. Bukan tidak mungkin
seseorang yang seharusnya pengangguran jadi berpenghasilan setelah membaca
tulisan pelajar tentang daur ulang kertas di blog dan menerapkannya dalam
bisnis. Bukan tidak mungkin pula seseorang yang seharusnya meninggal karena
henti jantung bisa terselamatkan setelah seseorang menerapkan tulisan yang ditulis
oleh si anggota komunitas. Siapa sangka? Tidak ada, bukan? This is what we
called as The Power of Blog. Blog memiliki kekuatan yang kita tidak sadari.
Sebagai agen informasi, blogger dengan blognya bisa berperan dalam mencerdaskan
bangsa dan memberikan inspirasi.
Latar belakang tertentu memang mendukung seorang
blogger dalam menulis blog, namun tidak selamanya. Seorang blogger juga bisa
menuliskan suatu hal tanpa harus memiliki latar belakang tersebut. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan liputan tentang suatu peristiwa atau hal-hal
kecil yang terjadi di sekitar blogger. Nyatanya, banyak kegiatan-kegiatan di
sekeliling yang bisa direkam melalui tulisan. Bahkan sudah bukan rahasia umum
lagi jika sejumlah institusi pemerintahan maupun swasta mengundang para blogger
sebagai bagian dari pers, setara dengan jurnalis namun dengan sifat yang lebih
fleksibel!
Contohnya? Tidak usah jauh-jauh deh, misalnya saja
adalah kegiatan kompasiana nangkring. Kompasiana nangkring kelihatannya hanya
sebagai ajang bertemunya para blogger kompasiana dan acara diskusi dengan
berbagai tema beragam semata. Namun sebenarnya lebih dari itu. Tulisan-tulisan
yang ditulis oleh para kompasianer usai mengikuti kegiatan nangkring adalah
bukti bahwa blogger adalah garda terdepan dalam agen informasi. Siapa bilang
hanya jurnalis yang berada di garda terdepan dalam penyebaran informasi? Dulu
sih iya, tapi arus globalisasi yang terus berkembang pesat sekarang membuat
blog dan penulis blog tak bisa disepelekan keberadaannya. Pelan tapi pasti,
mereka memberikan warna dalam penyebarluasan wawasan bagi masyarakat.
Apakah para kompasianer sudah pasti memiliki
latar belakang terkait kegiatan nangkring? Tentu saja tidak. Faktanya, kita tidak
mesti harus menguasai latar belakang tertentu untuk menuliskannya. Itu karena
yang dibutuhkan dalam menulis adalah merekam informasi dengan baik.
Nah, di saat para blogger mengabadikan informasi
lewat tulisan di blog, di situlah blog menjadi agen informasi. Kompasianer
Papua tidak perlu jauh-jauh ikut kompasiana nangkring Palyja Jakarta misalnya
hanya untuk tahu mengetahui apa teknologi yang diterapkan di PALYJA. Cukup
membuka tulisan kompasianer yang ikut kompasiana visit Palyja (salah satunya tulisan
saya), mereka sudah bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Atau siapapun yang bukan blogger juga tidak harus
jadi blogger untuk tahu apa program yang diadakan oleh Kemenko Maritim pada
2016. Cukup buka tulisan kompasiana (salah satunya tulisan saya) tentang
kompasiana nangkring bersama Kemenko Maritim, mereka juga bisa tahu jawabannya.
Cara menemukan tulisannya? Dengan googling. This is what we called as The
Power of Blog. Blogger dengan blognya memiliki kekuatan. Mereka
berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan informasi publik.
Apakah blog sebatas agen informasi? Tentu saja
tidak. Ada ‘kekuatan’ lain yang dapat dirasakan namun jarang kita sadari.
dok. lendcreative.com |
Pernahkah kamu sedang merasakan suatu pengalaman
atau memiliki opini tertentu namun kamu merasa sedikit atau bahkan tiada yang
memahami perasaanmu? Atau pernahkah kamu memiliki suatu pengalaman namun sulit
menyulapnya dalam bentuk tulisan?
Kamu iseng-iseng berselancar di dunia maya. Kemudian
kamu menemukan sebuah tulisan di blog yang menyingkap pengalaman atau opini
yang sebenarnya ingin juga kamu utarakan atau mirip dengan apa yang kamu alami.
Masalahnya, kamu bingung bagaimana cara mengekspresikannya. Setelah membaca
tulisan di blog tersebut kamu mendapatkan pencerahan dan berpikir, "Gila!
Sama persis nih dengan apa yang gue pikirin!" atau “Kok sama sih
dengan apa yang saya alami?”.
Nah, di sinilah blogger dengan blognya juga
bertindak sebagai representasi dari perasaan dan pikiran. Representasi berarti
perwakilan atau duta. Itu artinya, blogger dengan blognya bisa mewakili
perasaan dan pemikiran orang lain, baik kepada blogger lain ataupun nonblogger
dengan cara menuliskan apa yang ingin mereka “wakilkan” di blog.
Melalui tulisan di blog, seorang ibu bisa “mewakili”
perasaan ibu-ibu di daerah lainnya tentang bagaimana luar biasanya dan betapa
butuh pengorbanannya seorang ibu dalam mengandung, melahirkan dan membesarkan
anak. Kemudian ketika tulisan pengalaman si ibu blogger dibaca oleh ibu-ibu
lain, mereka akan takjub, “Bener banget! Mengandung itu anugerah yang luar
biasa dari Tuhan!” atau “Persis banget sama apa yang saya alamin!
Membesarkan seorang anak butuh pengorbanan!”. Bukan berarti ibu-ibu pembaca
blog tersebut tidak bisa menulis postingan blog yang sama seperti si ibu
blogger. Bisa jadi karena sulit mengekspresikannya (karena tidak semuanya
blogger) atau karena sudah “terwakili” perasaannya lewat tulisan blog si ibu
blogger. Di saat itulah mereka akan merasa ada persamaan nasib sehingga lebih
memahami.
Melalui tulisan di blog pula, seorang survivor kanker
juga bisa “mewakili” perasaan para penderita kanker tentang bagaimana tidak
enaknya menderita kanker dan cerita tentang bagaimana perjuangannya untuk bisa
sembuh dari kanker. Dengan begitu, ketika orang sehat membaca tulisan si
survivor, ia akan menjadi lebih peduli dan bersyukur. Kemudian ketika sesama
penderita kanker membaca blog si blogger survivor, ia akan menjadi lebih
termotivasi untuk berjuang melawan kanker dan mencapai kesembuhan. Hanya dengan
satu tulisan si survivor, perasaan semua para penderita kanker telah
“terwakili”.
Boom! Lagi-lagi blog menunjukkan
kekuatannya. This is what we called as The Power of Blog. Sebagai
representasi dari perasaan, blogger dengan blognya berperan dalam mendekatkan
jarak antarmanusia dan membangkitkan kesadaran akan suatu hal. Juga
meningkatkan pemahaman antarmanusia dengan manusia lainnya, baik karena
persamaan nasib atau justru perbedaan.
Blogger dengan blognya juga bisa berperan sebagai
representasi dari pikiran orang lain. Melalui tulisan di blog, seorang yang
memiliki pemikiran berbeda dari mayoritas orang bisa “mewakili” pemikiran
orang-orang dengan sudut pandang berbeda pula, terlepas dari pro-kontra yang
ditimbulkan. Seorang blogger bisa “mewakili” pikiran orang lain yang
beranggapan bahwa pemimpin tidak harus seiman didukung alasan yang kuat dengan
cara menuliskannya di blog. Blogger lainnya bisa “mewakili” pikiran orang lain
yang sama-sama beranggapan bahwa UN perlu dihapuskan dalam sistem pendidikan dengan
cara menuliskannya di blog. Begitu pun lainnya.
Intinya, melalui blog, siapapun bisa “mewakili”
pemikiran siapapun dan “terwakili” oleh pemikiran siapapun tanpa harus takut
merasa sendiri, selama ada alasan dan data-data yang mendukung.This is what
we called as The Power of Blog. Sebagai representasi dari pikiran, blogger
dengan blognya memberikan andil dalam menyatukan aspirasi dan wadah diskusi.
Dengan berbagai kekuatan yang blog miliki, pada
akhirnya menjadi bukti bahwa blog bukanlah sebatas media untuk merangkai
kata-kata saja. Blog lebih dari kekuatan untuk membuat perubahan dan perbedaan
lebih baik lewat segenggam tulisan. Oleh karena itu, teruslah menulis blog
karena kita tidak pernah tahu pada tulisan blog yang mana, kapan dan pada siapa,
tulisan kita bisa memberi arti bagi orang lain. Semoga cahaya kekuatan itu
terus bersinar, sebagaimana kompasiana dengan beyond bloggingnya. That’s
what we called as The Power of Blog.
Comments
Post a Comment