Si
A selalu pulang ke rumah selepas pulang sekolah. Ia hampir tidak pernah
bergabung dengan teman-temannya. Teman-temannya menilai bahwa ia anak
yang kuper.
Si
B, seorang wanita cantik selalu pulang larut malam. Banyak tetangga
yang beranggapan bahwa ia adalah wanita murahan dan 'enggak bener'.
Si
C mudah sekali emosi. Ia tak segan berperilaku kasar padahal perlakuan
yang diterima kepadanya adalah hal biasa. Rekan kerjanya menilai bahwa
ia gila.
Kenyataannya...
Si
A hampir tidak pernah bergabung dengan teman-temannya karena selepas
pulang sekolah ia harus membantu keluarganya dengan berjualan di lampu
merah. Ibunya adalah seorang ibu tunggal dan ia juga punya dua orang
adik yang masih sekolah.
Si
B harus bekerja di klub dan pulang hingga larut malam karena memiliki
orang tua yang sakit-sakitan dan hendak melaksanakan operasi.
Bagaimanapun, ia harus memiliki uang cukup untuk memenuhi kesehatan
orang yang dicintainya.
Sementara
itu si C mudah emosi karena ia memiliki kelainan psikologis berkat
pengalaman buruk di masa lalu yang berkaitan dengan kekerasan. Maka
tindakan sesederhana apapun mampu membangkitkan kenangan buruknya
sehingga menyebabkannya berperilaku kasar.
Kita
tidak pernah benar-benar tahu atas apa yang terjadi pada orang lain
baik di masa sekarang ataupun di masa lalu. Setiap orang punya alasan
"tersembunyi" yang tidak kita ketahui tentang kenapa ia melakukan ini
dan kenapa ia tidak melakukan itu. Setiap orang punya "sisi-sisi" yang
tidak ia ceritakan secara gamblang kepada orang lain. Penilaian dan
penghakiman berlebihan atas sisi-sisi orang lain yang tidak kita ketahui
adalah suatu hal yang kejam. Ini bukan tentang A, B, C, D dan
seterusnya tapi tentang orang-orang di sekitar kita dan tentang kita.
Jika
kita tidak benar-benar mengenal pribadi seseorang lebih dalam dan tidak
memahami "sisi-sisi" yang seseorang miliki, batasi diri kita sampai
batas 'cukup tahu'. Terlebih jika kita tidak memberikan solusi. Cukup
tahu bahwa si A jarang sekali bergabung dengan teman-temannya, bukan
menilainya sebagai anak yang kuper. Cukup tahu bahwa si B pulang larut
malam, bukan menilainya sebagai wanita bayaran. Cukup tahu bahwa si C
mudah emosi, bukan menilainya gila.
Sebab
kita tak berhak menghakimi orang yang belum kita pahami "sisi-sisinya"
terlalu dalam. Sebab siapapun, termasuk kita bisa mengalami penghakiman
berlebihan.
Comments
Post a Comment