Sebagai blogger saya dituntut untuk melakukan liputan.
Sayangnya, kegiatan-kegiatan tersebut diadakan di lokasi yang berjauhan dari
rumah saya sehingga mau tak mau mengharuskan saya memakai kendaraan untuk
mencapai ke sana. Saya sendiri sebenarnya bisa mengendarai sepeda motor. Namun
alih-alih menggunakannya, saya justru lebih senang menggunakan kendaraan umum
seperti transjakarta, KRL atau bahkan gojek.
Tahu enggak kenapa? Alasan pertama adalah karena HEMAT!
Yeay! Lebih hemat dengan naik kendaraan umum! (dok. indoprogress.com) |
Yoiii! Dengan naik kendaraan umum, dompet saya menjadi lebih
aman karena jumlah uang yang dikeluarkan lebih sedikit ketimbang harus naik
kendaraan umum. Ini pengalaman saya pribadi. Saya pernah loh markir motor di salah satu institusi
pemerintahan di bilangan Sudirman karena ingin pergi ke perpustakaan dan ke
daerah sekitar dari pagi sampai malam. Maksudnya sih biar biaya parkirnya lebih
hemat makanya saya memarkir motor saya di institusi tersebut ketimbang di pusat
perbelanjaan yang ada di sekitarnya. Tapi tahu enggak saya kena biaya parkir
berapa? Rp20.000!
Kalau markir motor di kawasan GBK atau beberapa tempat tertentu, biasanya ada batas maksimal
parkir. Misalnya maksimal Rp10.000, jadi selama apapun kita markir motor di
sana, kalau udah mencapai batas berarti kita bayarnya Rp10.000 saja. Awalnya
saya kira institusi tersebut menerapkan sistem tersebut atau bahkan lebih murah karena
sifatnya pemerintahan, tapi ternyata malah enggak! Berhubung tidak ada batas
maksimal biaya parkir maka mau tak mau saya harus membayar biaya parkir sebesar
Rp20.000 dari pagi sampai malam. Weleh weleh!
Saat
itu saya menyesal dan merasa rugi, tapi karena sudah kejadian ya mau bagaimana
lagi. Wah, kalau tahu awalnya seperti itu mah lebih baik naik transjakarta atau
gojek aja deh! Dengan naik gojek saya hanya mengeluarkan uang sebesar Rp14.000
untuk biaya pulang-pergi sedangkan dengan naik TJ saya hanya mengeluarkan uang
sebesar Rp7.000 saja! Lebih hemat! Lumayan lah sisanya untuk beli cilok.
Transjakarta, salah satu kendaraan umum andalan warga Jakarta (dok. transjakarta.co.id) |
Selain hemat dari segi
pengeluaran (tergantung kondisinya), membiasakan diri naik kendaraan umum juga membuat kita
hemat energi yang tentu saja berpengaruh pada lingkungan. Kok bisa? Tentu saja
bisa!
Sebelum
lebih lanjut, kita perlu mengenal darimana bahan bakar kendaraan seperti bensin
itu berasal. Bahan bakar kendaraan bermotor berasal dari minyak bumi yang
asal muasalnya dari bahan energi fosil yang terdapat di darat dan di laut.
Energi fosil di darat terbentuk dari bangkai-bangkai hewan. Sementara di laut
terbentuk dari plankton-plankton yang hidup ratusan juta tahun yang lalu.
Dahulu sih aman-aman saja kita menggunakan minyak bumi. Namun karena populasi
penduduk dunia dari waktu ke waktu kian banyak, keberadaan bahan bakar ini
semakin lama kian menipis. Itu artinya, jika tidak dikontrol dengan baik
penggunaannya, jumlahnya akan cepat habis. Untuk mengatasi hal itu maka ada dua
caranya. Pertama, kita menggunakan sumber energi alternatif dan kedua adalah
kita harus menghematnya.
Sebenarnya
sih ada kendaraan yang menggunakan sumber energi alternatif seperti yang berbahan bakar air, tumbuhan atau bahkan listrik. Namun
karena jumlahnya belum menyeluruh maka mau tak mau kita masih belum bisa
terlepas dari bahan bakar yang sekarang. So, sembari menunggu itu terealisasi semua, maka berhemat
adalah suatu keharusan. Salah satu caranya adalah dengan meminimalisir
penggunaan kendaraan pribadi dan beralih pada kendaraan umum.
Biar
lebih mudah, saya kasih gambarannya sesuai dengan yang terjadi sama saya ya.
Hoho. Rumah saya ada di Kebayoran Lama. Sedangkan kampus saya ada di daerah
Ciputat, Tangerang Selatan. Semasa kuliah, saya biasa pergi ke sana dengan
mengendarai sepeda motor namun tak jarang pula dengan menggunakan kendaraan
umum seperti transjakarta atau mikrolet.
Dengan
1 liter bensin, saya dapat mengendarai motor pulang pergi dari rumah ke kampus
selama dua hari. Setelah itu alias di hari ketiga, bensinnya habis dan itu
artinya saya harus mengisinya kembali. Katakanlah saya pergi ke kampus selama
dua kali dalam seminggu atau empat kali dalam sebulan. Dengan hitung-hitungan
seperti ini, itu berarti saya menghabiskan bensin selama 4 liter dalam sebulan.
Coba deh bayangkan kalau 1 minggu per bulan saja saya naik kendaraan umum seperti transjakarta untuk ke kampus! Saya telah menghemat bensin selama 1 liter per minggu! Jika dikalikan 12 bulan, itu berarti saya telah menghemat 12 liter bensin selama setahun bahkan jumlahnya bisa lebih banyak jika saya lebih sering melakukannya! Menghemat 1 liter bensin per bulan itu berarti banget lho. Syukur-syukur jika ada orang lain lagi yang melakukannya dan dilakukan secara terus menerus, wah makin banyak deh bensin yang dapat dihemat! Itulah kenapa saya suka naik kendaraan umum, selain hemat uang juga bisa menghemat energi yang tentu saja berpengaruh pada lingkungan. Hoho.
Coba deh bayangkan kalau 1 minggu per bulan saja saya naik kendaraan umum seperti transjakarta untuk ke kampus! Saya telah menghemat bensin selama 1 liter per minggu! Jika dikalikan 12 bulan, itu berarti saya telah menghemat 12 liter bensin selama setahun bahkan jumlahnya bisa lebih banyak jika saya lebih sering melakukannya! Menghemat 1 liter bensin per bulan itu berarti banget lho. Syukur-syukur jika ada orang lain lagi yang melakukannya dan dilakukan secara terus menerus, wah makin banyak deh bensin yang dapat dihemat! Itulah kenapa saya suka naik kendaraan umum, selain hemat uang juga bisa menghemat energi yang tentu saja berpengaruh pada lingkungan. Hoho.
Ilustrasi mengisi bensin (dok. genmuda.com) |
Selain
menghemat minyak bumi, prioritas penggunaan kendaraan umum ketimbang kendaraan
pribadi sebenarnya juga mengurangi dampak buruk dari pencemaran polusi udara yang
berpengaruh pada kesehatan, terutama bagian pernapasan. Faktanya, jika kita terlalu banyak menghirup udara kotor, kita berpotensi untuk mengidap
penyakit asma, bronkitis dan bahkan penyakit pernapasan jangka panjang lainnya.
Polusi udara pun juga tak baik untuk kecerdasan anak. Dikutip dari kompas.com, laporan UNICEF bahkan
menyebutkan bahwa polusi udara berpengaruh buruk pada fungsi otak seperti IQ,
ingatan verbal dan nonverbal dan bahkan nilai akademis. Hiii ngeri kan?
Tentu saja mustahil kita bisa menciptakan dunia tanpa polusi. Kita pun juga tidak bisa membuat semua orang di
dunia untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi. Namun tak ada salahnya jika kita melakukan langkah kecil semudah naik kendaraan umum. Dengan melakukannya, kita turut berkontribusi demi lingkungan karena setidaknya kita
telah mengurangi kadar polusi dari kendaraan kita. Itu baru dari 1 motor, kalau
10 motor? 100 motor? Bagaimana pula kalau dari 1 mobil atau 10 mobil? Wah, tak
terbayang deh gimana manfaatnya. Kualitas udara pasti akan membaik. Itulah
kenapa beberapa kota seperti Jakarta menerapkan CFD alias hari bebas kendaraan
bermotor untuk memastikan warganya dapat menghirup udara yang berkualitas baik.
Polusi udara, salah satu mimpi buruk bagi warga dunia (dok. saliha.id) |
Di luar itu, sebenarnya
keuntungan dari naik kendaraan umum tak hanya sebatas berkontribusi untuk
lingkungan saja. Dengan naik kendaraan umum seperti mikrolet dan ojek online
sekalipun, saya juga turut berkontribusi dalam lingkaran ekonomi rakyat. Senang
deh rasanya dapat berbagi sedikit rezeki kepada abang-abang mikrolet yang narik
mikrolet demi memenuhi kebutuhan anak
dan istrinya di rumah. Juga seneng deh rasanya berbagi sedikit rezeki dengan
menggunakan jasa ojek online demi menyenangkan orang tuanya di rumah. Berbagi itu menyenangkan.
Kendati saya suka naik kendaraan umum, ini tidak berarti bahwa saya anti naik kendaraan pribadi ya. Tentu saja tidak. Sampai sekarang saya
tetap masih naik motor sendiri kok. Naik kendaraan pribadi tentu saja tidak
bisa dihindarkan. Namun demi lingkungan yang lebih sehat, ada baiknya kita minimalisir.
Jika kita hendak berpergian yang mengharuskan kita naik kendaraan, alangkah baiknya jika kita lebih membiasakan naik kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi. Sebaliknya, jika jaraknya dekat dan memungkinkan kita bisa mencapai ke sana tanpa naik kendaraan, lebih baik jalan kaki saja. Tak perlu naik kendaraan. Soalnya ada loh orang yang naik motor padahal jaraknya dekat! Hoho. Selain lebih hemat energi dan mengurasi polusi, dengan berjalan kaki tubuh kita juga dapat menjadi lebih seta.
Jika kita hendak berpergian yang mengharuskan kita naik kendaraan, alangkah baiknya jika kita lebih membiasakan naik kendaraan umum ketimbang kendaraan pribadi. Sebaliknya, jika jaraknya dekat dan memungkinkan kita bisa mencapai ke sana tanpa naik kendaraan, lebih baik jalan kaki saja. Tak perlu naik kendaraan. Soalnya ada loh orang yang naik motor padahal jaraknya dekat! Hoho. Selain lebih hemat energi dan mengurasi polusi, dengan berjalan kaki tubuh kita juga dapat menjadi lebih seta.
Akhirnya, menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah melainkan kita semua. Ada berbagai aksi sederhana yang bisa kita lakukan demi lingkungan lebih baik. Semudah naik kendaraan umum adalah salah satunya. Itulah aksi nyataku demi lingkungan lebih baik. Kamu bagaimana? Yuk ikutan juga!
Wah... salut deh sama upayamu menjaga lingkungan...saya juga seneng babget naik transportasi umum, karena selain lebih hemat dan mencegah macet, saya merasa memang lebih nyaman aja.. :)
ReplyDeleteBetul banget ka. Ini langkah sederhana yang bisa dilakukan oleh siapa saja namun manfaatnya luar biasa :)
DeleteSaya termasuk nggak suka naik kendaraan umu, seperti bus atau angkot. Karena sering mabuk darat..gak kuat dengan baunya
ReplyDeleteArtikel yang bagus, coba lihat juga nih Asuransi Kendaraan
ReplyDelete