Setuju enggak kalau Jakarta adalah kota macet?
Wah, pasti setuju dong! Saya rasa semua orang pasti sepakat akan hal ini.
Wah, pasti setuju dong! Saya rasa semua orang pasti sepakat akan hal ini.
Lihat saja keadaannya setiap hari. Kapanpun waktunya, Jakarta selalu dipenuhi dengan berbagai kendaraan. Apalagi pada saat jam-jam kerja, pulang kerja dan malam Sabtu, wah macetnya bukan main! Jakarta itu lenggang saat musim mudik lebaran tiba saja. Selain itu, Jakarta selalu padat dengan kendaraan!
Macetnya kota Jakarta. Siapa yang pernah mengalami hal seperti ini? (dok. Elshinta.com) |
Maka dari itu enggak sedikit orang yang menunda kepergian atau kepulangannya dari satu tempat ke tempat lain. Mereka kemudian memilih untuk tetap di kantor atau nongki-nongki cantik dan tamvan di kafe atau mal semata demi menghindari yang namanya kemacetan. Wow!
Terus apa sih yang menyebabkan kemacetan? Menurut Direktur Keamanan dan Keselamatan (DirKamSel) Korlantas Polri Brigjen Pol Chryshnanda Dwilaksana seperti dikutip di Kompas, seenggaknya ada 10 hal yang menjadi penyebab kemacetan di kota-kota besar khususnya Jakarta.
Pertama, kemacetan di Jakarta disebabkan oleh kapasitas jalanan yang tidak memadai. Kedua adalah faktor jalan karena sebagian kondisi jalanan di Jakarta mengalami penyempitan dan bentuknya seperti bottle neck.
Faktor penyumbang
perlambatan pertama, yaitu kapasitas jalan yang tidak memadai. Kepadatan
arus lalu lintas tidak pernah dipikirkan berapa persentase over
kapasitas di jalur tersebut. Analisa petugas yang berada di back office,
mungkin sama sekali tidak memahami atau mungkin tidak pernah terpikir
soal aplikasi digital traffic count untuk mengetahui dan menjawab
tingkat kepadatan arus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Penyebab Macet dan Kurangnya Penyelesaian", https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/09/084200015/10-penyebab-macet-dan-kurangnya-penyelesaian.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Editor : Agung Kurniawan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Penyebab Macet dan Kurangnya Penyelesaian", https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/09/084200015/10-penyebab-macet-dan-kurangnya-penyelesaian.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Editor : Agung Kurniawan
Faktor penyumbang
perlambatan pertama, yaitu kapasitas jalan yang tidak memadai. Kepadatan
arus lalu lintas tidak pernah dipikirkan berapa persentase over
kapasitas di jalur tersebut. Analisa petugas yang berada di back office,
mungkin sama sekali tidak memahami atau mungkin tidak pernah terpikir
soal aplikasi digital traffic count untuk mengetahui dan menjawab
tingkat kepadatan arus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Penyebab Macet dan Kurangnya Penyelesaian", https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/09/084200015/10-penyebab-macet-dan-kurangnya-penyelesaian.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Editor : Agung Kurniawan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Penyebab Macet dan Kurangnya Penyelesaian", https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/09/084200015/10-penyebab-macet-dan-kurangnya-penyelesaian.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Editor : Agung Kurniawan
Faktor penyumbang
perlambatan pertama, yaitu kapasitas jalan yang tidak memadai. Kepadatan
arus lalu lintas tidak pernah dipikirkan berapa persentase over
kapasitas di jalur tersebut. Analisa petugas yang berada di back office,
mungkin sama sekali tidak memahami atau mungkin tidak pernah terpikir
soal aplikasi digital traffic count untuk mengetahui dan menjawab
tingkat kepadatan arus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Penyebab Macet dan Kurangnya Penyelesaian", https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/09/084200015/10-penyebab-macet-dan-kurangnya-penyelesaian.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Editor : Agung Kurniawan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "10 Penyebab Macet dan Kurangnya Penyelesaian", https://otomotif.kompas.com/read/2018/03/09/084200015/10-penyebab-macet-dan-kurangnya-penyelesaian.
Penulis : Ghulam Muhammad Nayazri
Editor : Agung Kurniawan
Berikutnya adalah faktor kendaraan, faktor pengemudi, pembangunan jalan, parkir kendaraan bermotor sembarangan, sistem-sistem tata ruang perkotaan yang kurang memperhatikan dampak lalu lintas serta kebijakan industri dan perdagangan kendaraan bermotor. Dua faktor terakhir adalah angkutan umum yang belum menjadi ikon kebanggaan masyarakat serta rendahnya kesadaran masyarakat.
Dari banyaknya faktor penyebab kemacetan di ibukota, ada satu faktor yang menarik perhatian saya. Faktor itu adalah tentang angkutan umum yang belum menjadi ikon kebangaan masyarakat.
Enggak bisa dipungkiri bahwa kemacetan
juga disebabkan karena enggannya masyarakat untuk naik angkutan umum.
Oke lah kalau alasannya karena buru-buru. Tapi enggak sedikit juga yang
beranggapan bahwa mereka lebih memilih kendaraan pribadi adalah karena
keadaan tranpsortasi umum itu enggak baik. Enggak nyaman deh pokoknya!
Angkutan umum di Jakarta (dok. Kompas.com) |
Pertanyaannya,
bener enggak sih? Kalau itu ditanyakan pada keadaan 5 hingga 10 tahun
yang lalu atau bahkan lebih, saya setuju kalau naik transportasi umum
itu kurang nyaman. Misalnya, dulu kalau mau naik angkutan umum kita
harus kuat mengetuk kaca bus, harus kuat mengetuk plafon oplet, paham
bahasa per-kenek-an di terminal atau bahkan harus memiliki skill level dewa untuk bisa turun dari bus dengan kaki kiri.
Namun kalau kita lihat beberapa waktu belakangan, itu semua udah tinggal cerita loh gaes! Meskipun beberapa kemampuan tersebut masih relevan digunakan hingga saat ini, perkembangan transportasi yang terus membaik yang dilakukan oleh pemerintah membuat enggak ada alasan lagi bagi kita untuk enggak membiasakan naik kendaraan umum. Faktanya, seiring berjalannya waktu seiring berubahnya pula transportasi Jakarta yang tentunya menuju ke arah yang lebih baik. Hurray!
Salah satu contohnya adalah Transjakarta. Melalui kendaraan umum tersebut kita dapat mencapai suatu tempat dengan keadaan yang lebih nyaman. Enggak perlu takut kepanasan karena Transjakarta telah dilengkapi AC. Soal rute? Itu juga enggak perlu bikin bingung karena rutenya sudah jelas. Asyiknya lagi, kita juga enggak perlu mengeluarkan jurus melompat dari bus sebagaimana kita melakukannya pada jaman dulu. Saat bus berhenti di rute yang dituju, cukup jalan cantik atau tamvan saja, maka kita sudah bisa sampai di tempat tujuan.
Kelebihan lain bisa kita temukan pula dalam bus Royal Trans yang dikelola oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ). Selain dilengkapi AC, Royal Trans juga difasilitasi dengan tempat duduk yang empuk dan colokan untuk charging HP. Bahkan beberapa unit di antaranya dilengkapi oleh wi-fi loh! Keren!
Royal Trans, angkutan umum jaman now yang memberikan kenyamanan kepada masyarakat (dok. Kompas.com) |
Pemerintah telah berupaya membenahi kemacetan dengan memperbaiki transportasi umum. So, daripada ngeluh macet ke pemerintah tapi kita enggak
ngapa-ngapain, lebih baik naik bus aja! Ayo kita jadikan bus sebagai ikon kebanggaan warga. Saatnya minimalisir penggunaan kendaraan pribadi dan beralihlah ke bus demi Jakarta yang lebih baik.
Dengan begitu kita enggak sekadar mengurai kemacetan di ibukota, namun juga turut berperan dalam menyelamatkan lingkungan. Sebab saat kita menggunakan kendaraan umum kita juga turut menghemat BBM. Saya sudah memulainya sejak lama. Yuk kamu ikutan juga!
Aku dari dulu selalu pake transportasi umum..karena saya hanya bisa naik sepeda. Qiqiqi. Jujur saya lebih suka naik transport umum ketimbang naik mobil pribadi lalu terjebak dalam kemacetan yang hakiki. Naik bus Transjakarta dan kereta lebih nyaman deh.
ReplyDeleteWah, sama dong kita. Aku juga lebih suka naik bus transjakarta dan kereta soalnya fasilitas transportasi di Jakarta udah bagus kok. Selain itu aku kadang males ngendarain motor sendiri dan sekalian biar menghemat BBM :D
DeleteAku juga gak mau tuwir di jalan. Makanya selalu pilih transportasi publik untuk mengurangi kemacetan. Seenggaknya kalo naik bus semacam Royal Trans setiap hari akan meet up sama penumpang lain dan bisa punya pengalaman tersendiri*
ReplyDeleteSetuju kak. Salah satu faktor kemacetan kan karena banyaknya penggunaan kendaraan pribadi di jalan. Nah, andaikan 10 orang aja enggak pakai mobil pribadi dan beralih ke kendaraan umum, itu kan berarti jalanan akan lebih lega dari 10 mobil. Itu kalau 10 orang ya. Kalau semakin banyak yang beralih ke transportasi umum, ya maka semakin besar lagi manfaatnya.
DeleteJika bepergian ke ibukota, kami pasti naik bus umum. Karena selain gak punya kendaraan roda 4 juga ga tahu jalan atau rute kalau pakai sepeda motor. Saat ini pakai bus umum juga sudah lebih nyaman ya. Apalagi nanti kalau MRT/LRT sudah ada pasti semuanya lebih baik
ReplyDeletePenting banget untuk mulai membudayakan penggunaan transportasi publik. Ditambah lagi pembangunan sarana transportasi di ibu kota makin membaik.
ReplyDeleteSekarang kendaraan umum lwbih nyaman ya, apalagi naik bis udah nggak desak-desakan kayak dulu, dan sudah banyak tambahan transportasi umum yang bisa digunakan untuk mengurangi kemacetan
ReplyDeleteSudah lama banget aku ngga naik bus.. sejak ada ojol.. sehari hari ya ojolan.. kangen juga is naik bus, fix kapan kapan mau menikmati jalan jakarta dengan bus juga ah.. biar lebih santai ya..
ReplyDeleteSalah satu yang aku nggak tertarik beli motor aja karena bus udah nyaman banget deh dalam perjalanan sekarang ini. Duduk manis nikmati pemandangan atau nyambi kerjaan by smartphone . Beres.
ReplyDeleteAndai saja semua orang mikirnya gini, pasti kemacetan sudah sirna kali ya mbak.
ReplyDeleteTulisan cadass begini hanya datang dari seorang pengguna moda transportasi umum, sudah selesai dengan keluh kesah, dan move along bersama program pemerintah. yg merongrong tinggallah para pengguna kendaraan pribadi, mau dikasih jalan layang stairway to heaven sekalipun tetap aja ego dan ga pernah merasa puas :))
ReplyDeleteSetuju, tapi buat kami orang daerah datang ke jKt ya asik2 aja kalo macet. Ga terlalu masalah. Mungkin beda ya ama yang emang stay di Jkt
ReplyDelete