Siapa sih di antara kita yang enggak pengen punya keluarga yang harmonis dan bahagia? Apapun latar belakang kita, pasti menginginkannya. Hidup dengan langgeng bersama pasangan dan anak-cucu secara bahagia adalah impian bagi semua orang, termasuk bagi saya yang masih lajang.
Bagi saya, siapapun bisa membangun sebuah keluarga. Namun tidak semua orang mampu mempertahankannya dengan baik. Tak bisa dipungkiri bahwa perempuan adalah tonggak keluarga sehingga perannya sangat dibutuhkan.
Sayangnya, memasuki era digital yang dimulai dengan derasnya arus informasi lewat media sosial dan internet, masih banyak perempuan yang belum teredukasi dengan baik tentang bagaimana mempertahankan keluarga. Alih-alih memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan berbagai dampak positifnya, seorang perempuan justru bisa menjadi bumerang dari kehancuran keluarga yang tengah dibangunnya.
Saya saat mengikuti Seminar Sehari Pengarusutamaan Gender yang diadakan oleh Bimas Islam Kementerian Agama RI (dokpri) |
Salah satu contoh yang telah terjadi belakangan ini adalah saat seorang perempuan mencuit komentar bernada negatif tentang seorang pejabat di media sosial. Jika dilakukan oleh orang biasa, mungkin akan biasa saja. Namun sayangnya, perempuan tersebut berstatus sebagai istri seorang TNI yang harus melaksanakan kode etik tertentu. Akibat ulah tersebut, maka sang istri membuat si suami dipecat dari jabatannya sebagai seorang TNI.
Saya setuju banget kalau ada pepatah yang mengatakan bahwa di balik laki-laki sukses pasti ada perempuan yang hebat. Namun hal itu juga bisa berlaku sebaliknya jika seorang perempuan melakukan hal-hal yang semestinya tidak dilakukan. Dengan kata lain, perempuan memiliki peranan penting dalam menjaga ketahanan masa depan sebuah keluarga.
Nah, betapa pentingnya peran perempuan tentu enggak boleh didiemin begitu saja. Oleh karena itu dalam rangka mengedukasi para perempuan dalam memperkuat ketahanan keluarga, Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia menyelenggarakan acara seminar sehari tentang pengarusutamaan gender pada Kamis, 17 Oktober 2019 di Gedung Kementerian Agama. Dengan mengangkat tema "Perempuan dan Media Sosial: Peran Perempuan Menghadapi Pengaruh Media Sosial dalam Menjaga Ketahanan Keluarga", acara ini diharapkan menjadi inspirasi bagi para perempuan terutama yang muslimah dalam melaksanakan peran terbaiknya di dalam keluarga.
Seminar sehari dibuka oleh Prof. Muhammadiyah Amin (dokpri |
Meskipun temanya dikhususkan untuk perempuan, acara ini juga dapat diikuti oleh para lelaki seperti saya lho... Selain agar kita yang cowok semakin paham tentang kesetaraan gender bahwa posisi laki-laki dan perempuan itu setara, seminar ini juga penting untuk diikuti oleh laki-laki agar bisa menjadi inspirasi bagi mereka dalam mendidik istri masing-masing, khususnya bagi yang sudah berumah tangga. Bagi yang lajang kayak saya juga bagus dalam memilih kriteria istri idaman.
Seminar sehari ini dibuka oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam. Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin. Kemudian dilanjutkan oleh pemaparan dari berbagai narasumber seperti Trisna Willy Lukman Hakim (penasehat Dharma Wanita Kementerian Agama), Henri Subiakto (Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika), Erik Mubarok (praktisi digital) dan Rahmi Dahnan (psikolog).
Ibu Trisna Willy menyampaikan arahannya dalam seminar sehari pengarusutamaan gender (dokpri) |
Dari berbagai penjelasan narasumber, saya menemukan bahwa ada 3 poin utama yang mesti diperhatikan oleh perempuan dalam menjalankan perannya dalam keluarga.
1. Cerdas dalam menempatkan diri
Seorang perempuan tidak menjalankan satu peran saja ketika berkeluarga, melainkan beberapa peran, mulai dari peran sebagai istri, ibu dan bahkan hingga sebagai wanita karier atau seorang pekerja profesional. Oleh karena itu ketika sudah bersuami, seorang perempuan harus tahu kapan saatnya jadi istri, kapan saatnya jadi ibu dan bahkan kapan saatnya jadi wanita karier atau pekerja profesional.
Memiliki jabatan di perusahaan sih tentu boleh-boleh saja. Namun jangan sampai urusan pekerjaan dibawa ke rumah hingga akhirnya lupa menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang istri atau bahkan lupa merawat anaknya sendiri.
Melakukan aktivitas tertentu seperti aktif bermain media sosial juga boleh-boleh saja kok. Apalagi kalau bisa menghasilkan uang (misalnya jualan online). Namun jangan sampai karena keasyikan main media sosial, seorang perempuan melupakan perannya sebagai seorang istri dan juga ibu. Cerdas dalam menempatkan diri adalah kuncinya.
2. Saring sebelum sharing
Tahu enggak kenapa banyak hoax yang bertebaran di media sosial? Jawabannya, itu karena banyak yang mudah percaya dan menyebarkannya dengan mudah begitu saja!
Maka dari itu dalam seminar ini, Trisna Willy Lukman Hakim menekankan pentingnya 'saring sebelum sharing'. Saat ada berita yang beredar, pastikan dulu kebenarannya. Apakah berita tersebut benar atau apa justru bohong. Jika benar, pastikan juga nilai kebermanfaatanya. Apakah berita yang beredar tersebut bermanfaat atau apa justru tidak sama sekali.
Naluri emak-emak yang identik dengan nyebarin gosip mungkin memang tidak bisa dihindari. Namun juga bukan berarti harus selalu dibenarkan apalagi jika berita yang disebarkan itu salah. Dengan arus informasi yang semakin cepat, maka seorang perempuan diharapkan bisa menjadi garda terdepan dalam pencegahan penyebaran hoax.
3. Melakukan pengawasan gawai kepada anak
Ini dia yang enggak kalah penting. Sebagai sosok yang keberadaannya lebih sering di rumah ketimbang ayah, seorang perempuan yang berstatus sebagai seorang ibu memiliki peran dalam melakukan pengawasan gawai atau internet kepada anak.
Bukan berarti si anak enggak boleh dikasih gawai. Memperkenalkan anak dengan gawai tentu boleh-boleh aja kok. Namun yang jelas jangan sampai si anak kecanduan hingga tidak mau melakukan aktivitas lainnya seperti belajar dan makan karena fokusnya hanya pada gadget.
Itulah kenapa seorang ibu harus melakukan pengawasan kepada anak yang bisa didiskusikan dengan suami atau si ayah, seperti menetapkan jam-jam tertentu pada anak dalam bermain gawai dan mengecek handphone tentang apa saja aktivitas gawai yang dilakukan oleh si anak.
Pada akhirnya, media sosial bagaikan dua sisi mata pedang. Di satu sisi memberikan dampak positif, namun di sisi lain memberikan dampak negatif. Perempuan memang berperan penting dalam ketahanan keluarga. Namun dari seminar ini saya belajar bahwa sepintar-pintarnya seorang perempuan, dukungan dari seorang laki-laki sebagai support system tetap dibutuhkan karena keharmonisan keluarga ditentukan dari seperti apa setiap pasangan bisa mengisi satu sama lain.
Ilustrasi keluarga harmonis |
Comments
Post a Comment