Kalau
ditanya daerah apa yang berkesan dan pengen dikunjungi lagi, maka Aceh
jawabannya. Selain karena tempatnya indah, saya punya memori tersendiri
tentang daerah tersebut. Yap, apalagi kalau bukan karena saya pernah
pergi ke Aceh!
Alhamdulillah
pada 2017 saya berkesempatan mengunjungi dua kota besar di Provinsi
Aceh yakni Banda Aceh dan Takengon yang ada di Aceh Tengah. Beberapa
tempat wisata pun telah saya kunjungi, mulai dari Masjid Baiturrahman,
Museum Aceh, Pantai Tebing, Masjid Rahmatullah dan bahkan hingga Pantan
Terong serta Danau Lut Tawar yang ada di Takengon.
Saya bersama teman-teman saat berfoto di Pantan Terong, Takengon, Aceh Tengah (dokpri) |
Salah
satu hal yang bikin saya enggak bisa lupa sama Aceh adalah karena saat
itu saya pergi ke sana tidak sekadar jalan-jalan saja, melainkan juga
dalam rangka merayakan Hari Idul Adha di salah satu desa di sana.
Kebetulan kunjungan ke Aceh pada 2017 silam dilakukan dalam rangkaian
kegiatan Kurbanesia Socio Trip yang diadakan oleh Dompet Dhuafa sehingga
saya mendapatkan kesempatan untuk melakukan perjalanan wisata sembari
melihat proses penyembelihan hewan kurban di salah satu desa di sana.
Suasana Idul Adha di Desa Jaluk, Kecamatan Ketol, Takengon, Aceh Tengah (dokpri) |
Saya
sendiri memang pernah pergi ke Aceh. Namun jujur saya belum puas karena
masih banyak tempat yang belum saya kunjungi. Museum Tsunami, Pulau
Sabang, Pulau Weh, pokoknya masih banyak lagi deh!
Makanya setelah dua
tahun tak berkunjung ke Aceh, tak bisa dipungkiri bahwa saya merasa
kangen untuk pergi ke sana kembali. Pengen sih mampir lagi ke sana, tapi
sayangnya belum ada rezeki lagi untuk pergi ke sana.
Untungnya,
belum lama ini Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) berkolaborasi
dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menyelenggarakan
Forum Silaturahmi Aceh Meusapat. Jadi saya enggak perlu kecewa karena
belum sempat pergi ke Aceh lagi. Cukup melangkahkan kaki ke sana, rasa
kangen saya terbayar deh!
Forum Silaturahmi Aceh Meusapat II Fokuskan Pembangunan Pariwisata Aceh
Forum
Silaturahmi Aceh Meusapat berlangsung pada Sabtu, 21 Desember 2019 di
Mess Aceh, Cikini, Jakarta Pusat. Meusapat sendiri diambil dari Bahasa
Aceh yang berarti 'berkumpul'. Ini adalah kali kedua kegiatan ini dilaksanakan.
Sesuai
dengan namanya, Forum Silaturahmi Aceh Meusapat menjadi wadah bagi
masyarakat Aceh sekaligus para pegiat kebudayaan dan pariwisata Aceh
untuk saling berdiskusi dan berdialog tentang Aceh. Plt Gubernur Provinsi Aceh Ir. Nova Iriansyah turut hadir dan menyampaikan sambutannya pada pembukaan acara dialog.
Pembukaan Dialog Pembangunan Pariwisata di Forum Silaturahmi Aceh Meusapat oleh Ir. Nova Iriansyah (dokpri) |
Salah satunya adalah tentang
dukungan Pemerintah Aceh dalam menyiapkan instrumen dan kebijakan
strategis untuk optimalisasi ekonomi Aceh melalui sektor prioritas
(pertanian/perkebunan, perdagangan, perikanan dan pariwisata) dalam
rangka menunjang akselerasi 15 program unggulan pemerintah Aceh.
Pariwisata
jadi salah satu sektor prioritas karena tak bisa dipungkiri bahwa Aceh
memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Menurut data yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh dari Januari hingga September
2019, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Aceh meningkat dari waktu
ke waktu, mulai dari Malaysia (12.609 orang), Jerman (1.001 orang),
Amerika Serikat (824 orang), Tiongkok (708 orang) dan Inggris (524
orang), semuanya telah berbondong-bondong loh datang ke Aceh!
Pantai Tebing, salah satu destinasi wisata menarik yang ada di Aceh (dokpri) |
Namun
memasuki era disrupsi seperti sekarang yang menekankan pada cara-cara
baru yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengganti sistem lama, Aceh
tidak bisa sendirian dalam memajukan pariwisatanya. Apalagi Aceh sendiri mem-branding dirinya sebagai tujuan destinasi wisata halal di Indonesia.
Oleh karena itu, Forum Silaturahmi Aceh Meusapat II tak hanya menghadirkan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah saja, namun juga berbagai pembicara yang terdiri dari para pemangku kepentingan dan pegiat pariwisata dari daerah lainnya.
Di antaranya adalah Yuana Rohma Astuti (Direktur Pengembangan Pasar Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Dicky Andriansyah (Key Account Manager Traveloka), Doto Yogantoro (Ketua Pengelola Desa Wisata Pentingsari Kendal) dan M. Yanuarto Bramuda (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi).
Dalam acara tersebut mereka saling berbagi informasi dan memberikan masukan agar pariwisata Aceh bisa berkembang ke depannya. Bagi saya ini menarik banget karena saya bisa mendapatkan berbagai wawasan tentang pariwisata daerah dan Aceh yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.
Oleh karena itu, Forum Silaturahmi Aceh Meusapat II tak hanya menghadirkan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah saja, namun juga berbagai pembicara yang terdiri dari para pemangku kepentingan dan pegiat pariwisata dari daerah lainnya.
Di antaranya adalah Yuana Rohma Astuti (Direktur Pengembangan Pasar Dalam Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Dicky Andriansyah (Key Account Manager Traveloka), Doto Yogantoro (Ketua Pengelola Desa Wisata Pentingsari Kendal) dan M. Yanuarto Bramuda (Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi).
Dalam acara tersebut mereka saling berbagi informasi dan memberikan masukan agar pariwisata Aceh bisa berkembang ke depannya. Bagi saya ini menarik banget karena saya bisa mendapatkan berbagai wawasan tentang pariwisata daerah dan Aceh yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.
Oh ya, ada yang menarik dari Forum Silaturahmi Aceh Meusapat. Kenapa? Soalnya di tempat
dan waktu yang sama, BPPA juga mengadakan pameran Pameran Travel Mart. Melalui pameran tersebut kita bisa menikmati berbagai kuliner khas Aceh sekaligus mendapatkan informasi tentang agen travel untuk pergi ke Aceh. Bedanya, jika
acara dialog dilakukan di dalam ruangan di lantai dua, pameran travel
mart justru dilakukan di halaman BPPA. Ini dia yang ditunggu-tunggu!
Tentu saja saya tak ingin ketinggalan. Oleh karena itu begitu acara dialog pembangunan pariwisata selesai, saya langsung mampir ke pameran travel mart untuk mencoba berbagai kuliner khas Aceh yang disediakan, mulai dari teh tarik, kopi susu aceh, mie aceh hingga martabak telor khas Aceh. Rasanya juara!
Menikmati kopi Aceh dan teh tarik di Pameran Travel Mart (dokpri) |
Pembuatan mie aceh di Pameran Travel Mart (dokpri) |
Awalnya saya berharap ada booth yang memamerkan berbagai kerajinan khas Aceh yang diperjualbelikan di sana. Saya juga berharap ada booth foto dengan menggunakan pakaian tradisional khas Aceh secara gratis di sana. Namun sayangnya, ternyata tidak ada. Pameran Travel Mart hanya memamerkan booth kuliner dan agen wisata dan itu pun sedikit.
Tada... ini dia mie aceh yang disajikan di Pameran Travel Mart Forum Silaturahmi Aceh Meusapat II! (dokpri) |
Padahal potensi budaya dan pariwisata yang Aceh miliki terbilang luar biasa sehingga amat sayang jika kurang dimaksimalkan. Saya rasa jika ukuran pamerannya lebih besar dan boothnya lebih variatif, maka akan semakin meriah pamerannya. Tentu akan menjaring semakin banyak pengunjung umum lagi untuk datang.
Sayangnya, ekspektasi saya tidak terpenuhi. Meski begitu tidak apa-apa, semoga bisa menjadi masukan bagi BPPA dan Disbudpar Aceh agar dapat meningkatkan kualitas acara di tahun-tahun mendatang.
Terlepas dari kekurangan yang ada, saya mengapresiasi kegiatan ini. Soalnya kegiatan ini berhasil bikin saya melepas rindu dengan Aceh!
Saya hanya pernah ke Aceh beberapa hari dan itu pun telah terjadi dua tahun lalu, namun saya benar-benar merasa telah membayar kerinduan saya akan Aceh di Forum Silaturahmi Aceh Meusapat. Saya saja yang bukan orang Aceh saja merasakannya, apalagi yang asli Aceh ya? Saya rasa rasa rindu mereka pasti jauh lebih terbayar lagi!
Saya belum tahu kapan saya bisa pergi ke Aceh lagi. Namun dengan segala potensi pariwisata yang Aceh miliki, saya optimis bahwa ke depannya Aceh dapat menjadi destinasi wisata yang semakin diperhitungkan di kancah dunia.
Jadi kepengen mie aceh sama minum Kupi Gayo lagi ^0^
ReplyDelete