Karena enggak mudik lebaran 2020, bukan akhir dari segalanya ---Valka (2k20)Pulang ke kampung halaman saat hari raya tiba adalah momen yang dinanti-nanti bagi setiap perantau. Apalagi kalau kita masih punya orang tua dan kita sudah lama enggak pulang, tentu mudik menjadi momen yang berkesan. Enggak kebayang deh betapa bahagianya kita ketika dapat berkumpul dengan orang-orang yang kita kasihi di hari istimewa.
Gue sendiri juga senang saat mudik. Terakhir kali gue mudik lebaran bersama keluarga ke kampung halaman bapak di Purworejo pada 2008.
Setelah itu gue sekeluarga baru mudik 1 dekade kemudian. Itu pun bukan mudik lebaran karena berlangsung pada akhir Desember 2019. Di saat ada orang yang beranggapan bahwa mudik itu harus dilakukan setiap lebaran, keluarga gue justru beranggapan bahwa mudik itu enggak mesti setiap tahun dan enggak mesti saat lebaran.
Foto bersama keluarga di Candi Borobudur saat momen mudik pada Desember 2019 (dokpri) |
Ngomongin tentang lebaran, sayangnya lebaran tahun ini akan menjadi lebaran yang berbeda daripada lebaran-lebaran sebelumnya. Merebaknya virus covid-19 ke berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia menjadi alasan utamanya.
Para matematikawan yang tergabung dalam Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia memperkirakan bahwa pandemi covid-19 akan mencapai puncaknya di Indonesia pada 16 April 2020 dengan akumulasi kasus positif sebanyak 17.000 kasus. Adapun penyebarannya diperkirakan berakhir pada Mei hingga Juni 2020. Itu artinya, sampai hari raya idul fitri nanti, virus covid-19 masih menghantui kita lho! Wow!
Oleh karena itu, bagi yang berencana untuk mudik lebaran tahun ini, lebih baik ditunda dulu ya. Kangen sih kangen. Tapi kalau kita emang sayang dengan keluarga kita di kampung khususnya orang tua, mending jangan pulang kampung dulu deh. Buktikan sayangmu dengan tidak mudik dan tidak piknik pada lebaran 2020 nanti. Selain ngikutin anjuran pemerintah, ini juga merupakan bentuk kesadaran kita untuk meminialisir penyebaran si ovid-19.
Bukan apa-apa nih. Soalnya ada 5 risiko yang bakal kita hadapi kalau kita tetap nekad memutuskan buat mudik lebaran tahun ini.
5 risiko kalau kita tetap mudik. Yakin tetap mau mudik? |
1. Tertular saat perjalanan
Ini dia risiko pertama yang bakal kita hadapi kalau kita tetap memaksakan diri buat mudik. Ya, apalagi kalau bukan tertular saat perjalanan.
Kita mungkin merasa sehat-sehat aja sebelum dan saat melakukan perjalanan. Tapi kita juga enggak bisa memastikan apakah kita akan bebas dari penularan si corona saat perjalanan atau enggak. Soalnya corona tuh main cantik banget. Kita bisa tertular tanpa merasakan gejala sama sekali dan kita juga enggak tahu pas kapan dan dimana kita tertular.
Apalagi covid-19 itu menyebar karena tingginya mobilitas manusia. Nah, masa-masa mudik adalah puncaknya karena di saat itulah puluhan juta orang dari kota-kota besar pulang ke kampung halamannya masing-masing. Kita pun juga bakal bertemu dengan banyak orang yang tidak kita ketahui darimana saja mereka berpergian. Bukan enggak mungkin salah satu di antara mereka ada yang terkena corona.
Kita mungkin merasa sehat-sehat aja sebelum dan saat melakukan perjalanan. Tapi kita juga enggak bisa memastikan apakah kita akan bebas dari penularan si corona saat perjalanan atau enggak. Soalnya corona tuh main cantik banget. Kita bisa tertular tanpa merasakan gejala sama sekali dan kita juga enggak tahu pas kapan dan dimana kita tertular.
Apalagi covid-19 itu menyebar karena tingginya mobilitas manusia. Nah, masa-masa mudik adalah puncaknya karena di saat itulah puluhan juta orang dari kota-kota besar pulang ke kampung halamannya masing-masing. Kita pun juga bakal bertemu dengan banyak orang yang tidak kita ketahui darimana saja mereka berpergian. Bukan enggak mungkin salah satu di antara mereka ada yang terkena corona.
Kalau ada kacamata ajaib yang bisa melihat virus sih enak ya. Kita jadi bisa melihat corona nempel dimana dan siapa-siapa aja yang sedang terjangkit corona sehingga kita bisa menghindar saat melihat si corona. Tapi kan kenyataannya virus enggak bisa dilihat.
Kalau bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu yang cepat sih alhamdulillah, tapi kalau nantinya jadi parah? Bukan nakut-nakutin sih, tapi yakin mau tertular corona saat mudik?
2. Menularkan penyakit ke keluarga di kampung
Selain tertular oleh virus covid-19, risiko berikutnya adalah kita juga berpotensi menularkan penyakit ke keluarga dan sanak saudara di kampung, entah itu kakak, adik, paman, tante atau bahkan orang tua sendiri.
Kita mungkin merasa sehat-sehat aja saat sampai di kampung halaman karena tidak mengalami gejala sama sekali. Tapi gimana kalau ternyata kita tertular corona dan tanpa disadari kita turut menularkan virus tersebut ke orang-orang yang kita sayangi?
Apalagi kalau yang tertular adalah orang tua sendiri. Emang kita enggak kasihan? Amit-amit deh jangan sampe.
Bagaimana juga kalau yang tertular enggak hanya satu orang aja, tapi banyak? Enggak mungkin kan kita tega nularin ke mereka?
Kita mungkin merasa sehat-sehat aja saat sampai di kampung halaman karena tidak mengalami gejala sama sekali. Tapi gimana kalau ternyata kita tertular corona dan tanpa disadari kita turut menularkan virus tersebut ke orang-orang yang kita sayangi?
Jangan sampai kita menjadi carrier untuk keluarga dan sanak saudara kita di kampung |
Bagaimana juga kalau yang tertular enggak hanya satu orang aja, tapi banyak? Enggak mungkin kan kita tega nularin ke mereka?
3. Berstatus ODP wajib karantina 14 hari dan kembali ke perantauan ODP lagi 14 hari
Baiklah, kita mungkin emang merasa bahwa kita enggak terjangkit virus dan enggak menularkannya sama sekali ke orang lain. Tapi karena kita melakukan mobilitas di tengah-tengah pandemi covid-19, maka kita pun akan berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan) untuk memastikan apakah dalam waktu 14 hari kita benar-benar terbebas dari covid-19 atau tidak. Gimana pun kan kita bukan cenayang meskipun kita merasa sehat-sehat aja.
Namanya mudik pasti kita enggak pengen di rumah aja dong. Kita pasti juga pengen bersilaturahmi ke tetangga dan saudara dan bahkan piknik. Tapi karena kita adalah ODP, maka kita wajib melakukan karantina selama 14 hari saat berada di kampung halaman. Jadi kita juga enggak bisa ngapa-ngapain meski udah pulang kampung.
Sayangnya, status ODP ini enggak cuman berlaku saat kita sampai di kampung halaman aja loh. Tapi juga berlaku saat kita kembali ke kota rantau. Itu artinya, kita juga wajib karantina diri selama 14 hari saat tiba di kota perantauan. Wow!
Pas mudik, kita wajib karantina 14 hari. Pas balik, wajib karantina 14 hari. Terus buat apa maksain diri buat mudik kalau ujung-ujungnya kita mesti karantina 14 hari?
Namanya mudik pasti kita enggak pengen di rumah aja dong. Kita pasti juga pengen bersilaturahmi ke tetangga dan saudara dan bahkan piknik. Tapi karena kita adalah ODP, maka kita wajib melakukan karantina selama 14 hari saat berada di kampung halaman. Jadi kita juga enggak bisa ngapa-ngapain meski udah pulang kampung.
Sayangnya, status ODP ini enggak cuman berlaku saat kita sampai di kampung halaman aja loh. Tapi juga berlaku saat kita kembali ke kota rantau. Itu artinya, kita juga wajib karantina diri selama 14 hari saat tiba di kota perantauan. Wow!
Pas mudik, kita wajib karantina 14 hari. Pas balik, wajib karantina 14 hari. Terus buat apa maksain diri buat mudik kalau ujung-ujungnya kita mesti karantina 14 hari?
4. Jika terinfeksi, fasilitas kesehatan di daerah belum tentu memadai
Fasilitas setiap daerah di Indonesia belum merata. Ada daerah yang sudah bagus dan berkualitas, namun ada pula yang masih kurang.
Kalau fasilitasnya sudah oke sih bagus. Namun kalau fasilitas kesehatannya belum memadai, tentu menjadi kekhawatiran jika amit-amit terinfeksi corona saat mudik nanti. Apalagi kalau kampung halaman kita tidak berada di kota atau jauh dari pusat kota.
Dengan tidak mudik dan tidak piknik pada lebaran 2020, kita pun turut berperan dalam mengurangi beban kerja para tenaga medis |
Nah, daripada menambah beban kerja petugas medis di daerah jika terinfeksi, lebih baik memang tidak mudik dan tidak piknik dulu lebaran 2020. Bagi tenaga medis, bertambahnya satu pasien itu berarti sehingga semakin sedikit pasien, semakin baik.
5. Ngerepotin orang lain!
Risiko terakhir yang penting untuk kita perhatikan kalau kita tetep nekad buat pulkam adalah, kita bisa ngerepotin orang lain! Enggak hanya bikin orang tua bakal khawatir saja, namun juga anggota keluarga lainnya atau bahkan tetangga di kampung sendiri.
Tak bisa dipungkiri, setiap orang pasti membutuhkan orang lain saat ia jatuh sakit. Enggak hanya dari segi materi, namun juga dari segi dukungan moril. Begitu pun jika ada yang terjangkit corona. Mudik seharusnya jadi momen buat menyenangkan orang lain. Tapi kalau ujung-ujungnya ngerepotin, buat apa mudik?
Kalau kata Dilan tahun 2020, "Jangan mudik, berat. Di rumah aja.", wah, gue setuju banget. Bukan nakut-nakutin ye, tapi emang lebih baik mencegah daripada mengobati. Gimana pun kita kan kagak bisa melihat corona saking kecilnya.
Kata Dilan 2020 tentang mudik pada lebaran 2020 |
Bahkan Thanos yang superpower di dunia Marvel Universe aja gak bisa lihat si corona. (dok. Marvel) |
Enggak mudik pada lebaran 2020 bukan akhir dari segalanya kok. Kita juga bisa tunda mudiknya di tahun 2021 atau kalau emang kebelet pengen pulkam, kita bisa ambil cuti di akhir tahun buat mudik. Insyaallah akhir tahun 2020 keadaannya sudah lebih kondusif.
Dengan tidak mudik dan tidak piknik, kita turut berperan dalam menyelamatkan banyak nyawa |
Bener banget huhuhu...mamaku juga ga mudik seharusnya April ini jadwal mudik ke bangka. Bahkan aku pun tetep d kosan ga balik ke bekasi padahal cuman mudik dari cikini ke bekasi aja loh.
ReplyDeleteJustru lebih jauh dari Cikini ke Bekasi daripada dari Jakarta ke Bangka. Lintas planet kan wkwk semoga cepat berlalu ya si corona.
Delete